Selasa, 23 November 2010

PEMAHAMAN KRITIK PRAGMATIK DALAM NOVEL BAIT-BAIT CINTA KARYA GEIDURRAHMAN ELMISHRY

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Salah satu jenis karya sastra yang menarik untuk dikaji ialah novel. Pengkajian terhadap salah satu genre karya sastra tersebut dimaksudkan selain untuk mengungkapkan nilai estetis dari jalinan keterikatan antar unsur pembangunan karya satra tersebut, juga diharapkan dapat mengambil nilai-nilai amanat di dalamnya. Nilai-nilai amanat itu merupakan nilai-nilai universal yang berlaku di dalam masyarakat seperti nilai moral, etika, religi. Nilai-nilai amanat itu tercermin dalam tokoh cerita, baik melalui deskripsi pikiran, maupun perilaku tokoh.
Novel selain untuk di nikmati juga untuk dipahami dan di manfaatkan oleh masyarakat. Dari sebuah novel dapat diambil banyak manfaat. Karya satra (novel) menggambarkan pola pikir masyarakat, perubahan tingkah laku masyarakat, tata nilai dan bentuk kebudayaan lainnya. karya astra merupakan potret dari segala aspek kehidupan masyarakat. Pengarang menyodorkan karya satra sebagai alternatif untuk menghadapi permasalahan yang ada, mengingat karya satra erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa sastra diciptakan tidak dalam keadaan kekosongan budaya (Teeuw,1989:20). Novel bait-bait cinta karya Geidurrahman Emishry yang dijadikan sebagi obyek analisis

Teeuw.1989. pengantar teori sastra, halaman 20

ini, kehadirannya tentu tidak dalam kekosongan budaya. Pengarang tentu saja melihat suatu tata nilai yang terdapat di dalam masyarakat, kemudian ia menanggapinya melalui karya sastra.

Novel Bait-bait Cinta menceritakan kehidupan seorang pemuda yang bernama Jaka, yang memiliki Cita-cita untuk bisa kuliah di Al Azhar Kairo, Mesir, akhirnya kesampaian dengan bantuan Haji Ismail, ayah Fatimah, adik kelasnya. Berkat bantuan orang kaya dikampungnya itu, ia bisa berangkat kenegeri seribu menara tersebut. Tidak hanya membantu keberangkatannya ke Mesir, Haji Ismail terkadang juga mengirimkan Jaka belanja bulanan. Hal itulah yang membuat Jaka bisa dengan tenang menuntut ilmu. Ia bahkan menamatkan kuliahnya dengan cepat, karena memang tidak masalah dalam hal biaya. Tanpa disadari Jaka, rupanya Haji Ismail menyimpan maksud baik dengan hampir tamatnya Jaka. Ketika ia sedang berupaya mencarikan jodoh buat anaknya Fatimah, tidak ada satupun lelaki yang cocok. Haji Ismail memang menaruh harapan besar bagi calon menantunya. Dimana ia sangat berhasrat membuat pesantren yang di kelola oleh sang menantu.Setelah berusaha kesana-kemari mencari mantu, akhirnya pilihan dijatuhkan pada Jaka. Ketika hal itu di beritahukan. Haji Ismail pada orang tua nya Jaka, kata setuju langsung didapat, asal Jaka juga setuju. Ketika hal itu disampaikan pada Jaka, ia hanya bisa mengucapkan kata "iya" tanpa bisa memberi penolakan sedikitpun. Padahal dihatinya saat itu, sudah terpaut nama seorang gadis asal Palestina bernama Amira. Amira adalah gadis yatim piatu yang tinggal bersama pamannya di daerah Mesir. Perkenalan Jaka dengan Amira berkat bantuan Mido, kakak sepupu amira. Karena sama-sama hobi basket mereka akhirnya saling mencintai dan berniat segera menikah. Ketertarikan Amira pada Jaka bermula dari cerita Mido. Semua keunggulan Jaka diceritakan Mido, sampai pada pengetahuan Jaka tentang Palestina. Pengetahuan Jaka yang luas tentang Palestina juga menarik perhatian wargaMesi lainnya. Berkat pengetahuannya itu Jaka akhirnya mendapat kesempatan langsung menyaksikan kekejaman Zionis Israel di Palestina. Ia tak kuasa menahan tangis karena penderitaan warga Palestina benar-benar sangat memprihatinkan.

Sebenarnya Jaka hampir saja bisa menikah dengan Fatimah, saat musim haji datang. Keluarga. Haji Ismail berencana menikahkan Jaka dan Fatimah begitu mereka sampai di Tanah Suci Mekah. Namun sebelum keberangkatan ke Tanah Suci, Amira menemui Jaka dan mengabarkan kabar duka tentang kematian Mido beserta ayah ibunya.Amira menjadi sebatang kara, karena sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Saat itulah Jaka mengatakan dirinya siap melindungi Amira. Adapun analisis ini menggunakan pendekatan pragmatik, hal ini sangat ideal karena di dalam novel Bait-Bait Cinta pengarang memiliki tujuan tertentu untuk di sampaikan kepada pembaca. Novel ini banyak mengandung pesan dan nasehat luhur. Novel karya Geidurrahman Elmishry ini sederhana dari segi ide. Pemakaian alur maju dan alur mundur membuat cerita menjadi asyik untuk di ikuti. Apalagi dengan kandungan ilmu tentang bangsa Zionis Israel dan sejarah pendiriannya serta keserakahannya mencaplok tanah umat Islam Palestina. Apa bila pembaca mampu mengambil pesan dan amanat ini maka ia akan berhasil dalam menjalani hidup. Membaca novel Bait-bait Cinta, seakan-akan di tangan anda ada buku sejarah tentang Palestina. Disinilah kekuatan buku ini sehingga layak dijadikan koleksi. Hal ikhwal penderitaan warga Palestina layak untuk disimak dan dijadikan bahan renungan. Saking bagusnya buku ini, rencananya akan segera hadir tayangan visualnya atau akan difilmkan. Sejak dicetak pertama kali di bulan Februari 2008, buku ini terus mengalami cetak ulang hingga cetakan kelima pada bulan april 2008 sampai sekarang. Sementara yang ada di tangan penulis, merupakan cetakan pertama untuk bulan februari 2008.

Dari uraian diatas, maka penulis akan tertarik untuk meneliti dari segi pemahaman kritik pragmatik dalam Novel Bait-bait cinta karya Geidurrahman El mishry.

B. Rumusan masalah.

Bagaimanakah Novel Bait-bait cinta karya Geidurrahman El mishry di pandang dari pemahaman kritik Pragmatik.

C.Tujuan penelitian

bertujuan untuk mengetahui bagaimana “Pemahaman kritik pragmatik dalam Novel Bait-bait cinta karya Geidurrahman Elmishry.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. MACAM-MACAM PENDEKATAN SASTRA

1. Pendekatan Biografis

Menurut Wellek dan Warren (1962: 75), model biografis dianggap sebagai pendekatan yang tertua. Pendekatan biografis merupakan studi yang sistematis mengenai proses kreativitas. Subjek kreator dianggap sebagai asal-usul karya sastra, arti sebuah karya sastra dengan demikian secara relatif sama dengan maksud, niat, pesan, dan bahkan tujuan-tujuan tertentu pengarang. Penelitian harus mencantumkan biografi, surat-surat, dokumen penting pengarang, foto-foto, bahkan wawancara langsung dengan pengarang. Karya sastra pada gilirannya identik dengan riwayat hidup, pernyataan-per-nyataan pengarang dianggap sebagai suatu kebenaran, biografi mensubordinasikan karya. Oleh karena itu, pendekatan biografis sesungguhnya merupakan bagian penulisan sejarah, sebagai historiografi.

Sebagai anggota masyarakat, pengarang dengan sendirinya lebih berhasil untuk melukiskan masyarakat di tempat ia tinggal, lingkungan hidup yang benar-benar dialaminya secara nyata. Oleh karena itulah, seperti juga ilmuwan dari disiplin yang lain dalam mengungkapkan gejala-gejala sosial, pengarang juga

Menurut Wellek dan Warren.1962. Teori sastra, Jakarta: Gramedia halaman:72

dianggap perlu untuk mengadakan semacam 'penelitian' yang kemudian secarainterpretatif imajinatif diangkat ke dalam karya seni. Oleh karena itu pula, dalam kaitannya dengan aktivitas kreatif dibedakan tiga macam pengarang, yaitu:a) pengarang yang mengarang berdasarkan pengalaman langsung, b) pengarang yang mengarang berdasarkan keterampilan dalam penyusunan kembali unsur-unsur penceritaan, dan c) pengarang yang mengarang berdasarkan kekuatan imajinasi. Meskipun demikian, proses kreativitas pada umumnya didasarkan atas gabungan di antara ketiga faktor tersebut.

Manusia, dan dengan sendirinya pengarang itu sendiri, adalah makhluk sosial. Meskipun sering ditolak, dalam kasus-kasus tertentu biografi masih bermanfaat. Dalam ilmu sastra, biogran pengarang, bukan curriculum vitae, membantu untuk memahami proses kreatif, genesis karya seni. Biografi memperluas sekaligus membatasi proses analisis. Dalam ilmu sosial, pada umumnya biografi dimanfaatkan dalam kaitannya dengan latar belakang proses rekonstruksi fakta-fakta, membantu menjelaskan pikiran-pikiran seorang ahli, seperti: sistem ideologis, paradigma ilmiah, pandangan dunia, dan kerangka umum sosial budaya yang ada di sekitarnya.

Dikaitkan dengan pemahaman sosiologi ilmu pengetahuan (Berger dan Lukman, 1973: 85—86), pada dasarnya hanya sebagian kecil dari

Berger dan Lukman.1973.Sosiologi dan ilmu pengetahuan:halaman:86

keseluruhan pengalaman yang berhasil tersimpan dalam kesadaran manusia. Biografi merupakan sedimentasi pengalaman-pengalaman masa lampau, baik personal, sebagai pengalaman individual, maupun kolektif, sebagai pengalaman intersubjektif, yang pada saat-saat tertentu akan muncul kembali. Tanpa sedimentasi, individu tidak dapat mengenali biografinya. Melalui sistem tanda, khususnya sistem tanda bahasa, sedimentasi pengetahuan ditransmisikan ke dalam aktivitas yang berbeda-beda. Moral, religi, karyaseni dalam berbagai bentuknya, dan sebagainya, merupakan hasil seleksi sedimentasi pengalaman masa lampau. Makin kaya dan beragam isisedimentasi yang berhasil untukdirekam, makin lengkaplah catatan biografi yang berhasil dilakukan.

Apabila analisis sosiologis berusaha memahami struktur biografi sebagai bagian integral subjek kreator dalam struktur sosial, analisis sastra secara otonom memahaminya sebagai gejala yang komplementer, pengarang sebagai depersonali-sasi. Sejak lahirnya Pema-haman sastra Indonesia adalah pemahaman menyeluruh ter-hadap aspek-aspek kebudayaan yang melatarbelakanginya. Cara penelitian ini dengan sendirinya sudah dimulai sejak lama, sebelum lahirnya pendekatan objektif dengan teori strukturalisme.

2. Pendekatan Ekspresif

Pendekatan ekspresif memiliki sejumlah persamaan dengan pendekatan biografis dalam hal fungsi dan kedudukan karya sastra sebagai manifestasi subjek kreator. Dikaitkan dengan proses pengumpulan data penelitian, pendekatan ekspresif lebih mudah dalam memanfaatkan data biografis di bandingkan dengan pendekatan biografi dalam memanfaatkan data pendekatan ekspresif. Pendekatan biografis pada umumnya menggunakan data primer mengenai kehidupan pengarang, oleh karena itulah, disebut sebagai data historiografi. Sebaliknya pendekatan ekspresif lebih banyak memanfaatkan data sekunder, data yang sudah diangkat melalui aktivitas pengarang sebagai subjek pencipta, jadi, sebagai data literer. Untuk menjelaskan hubungan antara pengarang, semestaan, pembaca, dan karya sastra, Abrams membuat diagram yang terdiri atas empat komponen utama, dengan empat pendekatan, yaitu: pendekatan ekspresif, mimetik, pragmatik, dan objektif. Pendekatan ekspresif tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya sastra itu diciptakan, seperti studi proses kreatif dalam studi biografis, tetapi bentuk- bentuk apa yang terjadi dalam karya sastra yang dihasilkan. Apabila wilayah studi biografis terbatas hanya pada diri penyair dengan kualitas pikiran dan perasaannya, maka wilayah studi ekspresif adalah diri penyair, pikiran dan perasaan, dan hasil-hasil ciptaannya.

Dikaitkan dengan dominasi ketaksadaran manusia seperti di singgung di atas, maka pendekatan ekspresif membuktikan bahwa aliran Romantik cenderung tertarik pada masa purba, masa lampau, dan masa primitif kehidupan manusia. Melalui indikator kondisi sosiokultural pengarang dan ciri-ciri kreativitas imajinatif karya sastra, maka pendekatan ekspresif dapat dimanfaatkan untuk menggali ciri-ciri individualisme, nasionalisme, komunisme, dan feminisme dalam karya, baik karya sastra individual maupun karya sastra dalam kerangka periodisasi. Secara historis, sama dengan pendekatan biografis, pendekatan ekspresif dominan abad ke-19, pada zaman Romantik. Di Belanda dikenal melalui Angkatan 1880 (80-an), di Indonesia melalui Angkatan 1930 (30-an), yaitu Pujangga Ba-ru, yang dipelopori oleh Tatengkeng, Amir Hamzah, dan Sanusi Pane, dengan dominasi puisi lirik. Menurut Teeuw (1988: 167 — 168) tradisi ini masih berlanjut hingga Sutardji Calzoum Bakhri, tidak terbatas pada cipta sastra tetapi juga pada kritik sastra. Dalam tradisi sastra Barat pendekatan ini pernah ku-rang mendapat perhatian, yaitu selama abad Pertengahan, sebagai akibat dominasi agama Kristen. Karya sastra semata- mata dianggap sebagai peniruan terhadap kebesaran Tuhan dengan konsekuensi manusia sebagai pencipta harus selalu berada di bawah Sang Pencipta.

3. Pendekatan Mimesis

Menurut Abrams (1976: 8 — 9) pendekatan mimesis merupakan pendekatan estetis yang paling primitif. Akar sejarah-nya terkandung dalam pandangan Plato dan Aristoteles. Menurut Plato, dasar pertimbangannya adalah dunia pengalarn-an, yaitu karya sastra itu sendiri tidak bisa mewakili kenya-taan yang sesungguhnya, melainkan hanya sebagai peniruan. Secara hierarkis dengan demikian karya seni berada di bawah kenyataan.

Abrams.1976. The miror and the lamp. Halaman 8—9

Pandangan ini ditolak oleh Aristoteles dengan argumentasi bahwa karya seni berusahamenyucikan jiwa ma-nusia, sebagaikatharsis. Di samping itu juga karya seni berusaha membangun dunianya sendiri. Selama abad Pertengahan karya seni meniru alam dikait-kan dengan adanya dominasi agama Kristen, di mana kemam-puan manusia hanya berhasil untuk meneladani ciptaan Tu- han. Teori estetis ini tidak hanya ada di Barat tetapi juga di dunia Arab dan Indonesia.

Dalam khazanah sastra Indonesia, yaitu dalam puisi Jawa Kuno seni berfungsi untuk meniru keindahan alam. Dalam bentuk yang berbeda, yaitu abad ke-18, dalam pandangan Marxis dan sosiologi sastra, karya seni dianggap sebagai dokumen sosial. Apabila kelompok Marxis memandang karya seni sebagai refleksi, sebagaimana di introduksi oleh salah seorang tokohnya yang terkemuka yaitu Lukacs, maka sosiologi sastra memandang kenyataan itu sebagai sesuatu yang sudah ditafsirkan. Dalam hubungan ini pendekatan mimesis memiliki persamaan dengan pendekatan sosiologis. Perbedaannya, pendekatan sosiologis tetap bertumpu pada masyarakat, sedangkan pendekatan mimesis , khususnya dalam kerangka Abrams bertumpu pada karya sastra.

Pendekatan mimesis Marxis merupakan pendekatan yang paling beragam dan memiliki sejarah perkembangan yang paling panjang. Meskipun demikian, pendekatan ini sering dihindarkan sebagai akibat keterlibatan tokoh-tokohnya dalam dunia politik. Di Indonesia, misalnya, selama hampir tiga dasawarsa, selama kekuasaan Orde Baru, pendekatan ini seolah-olah terlarang. Baru sesudah zaman reformasi pendekatan ini dimulai lagi, termasuk penerbitan karya sastra pe-ngarang Lekra seperti karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Di Indonesia pendekatan mimetik perlu dikembangkan dalam rangka menopang keragaman khazanah kebudayaan. Pemahaman terhadap ciri-ciri kebudayaan kelompok yang lain dapat meningkatkan kualitas solidaritas sekaligus menghapuskan berbagai kecurigaan dan kecemburuan sosial.

4. Pendekatan Pragmatis

Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi, pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatis dan subjek ekspresif, sebagai pembaca dan pengarang berbagi objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaannya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-fungsinya dihi-langkan, bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis.

Pendekatan pragmatis dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara historis (Abrams, 1976: 16) pendekatan pragrnatik telah ada tahun 14 SM, terkandung

Abrams. 1976. The miror and the lamp. Halaman 16

dalam Ars Poetica (Horatius). Meskipun demikian, secara teoretis dimulai dengan lahirnya strukturalisme dinamik. Stagnasi strukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses estetis, yaitu pembaca (Mukarovsky).

Pada tahap tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya tanpa batas.

Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, di antaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit, maupun implisit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah kultural bangsa.

5. Pendekatan Objektif

Pendekatan objektif di bicarakan paling akhir dengan pertimbangan bahwa pendekatan ini justru merupakan pendekatan yang terpenting sekaligus memiliki kaitan yang paling erat dengan teori sastra modern, khususnya teori-teori yang menggunakan.

konsep dasar struktur. Pendekatan objektif mengindikasikan perkembangan pikiran manusia sebagai evolusi teori selama lebih kurang 2.500 tahun. Evolusi ini berkembang sejak Aristoteles hingga awal abad ke-20, yang kemudian menjadi revolusi teori selama satu abad, yaitu awal abad ke-20 hingga awal abad ke-21, dari strukturalisme menjadi strukturalisme dinamik, resepsi, interteks, dekonstruksi, dan postrukturalisme padaumumnya.

Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apa pun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri. Secara historis pendekatan ini dapat ditelusuri pada zaman Aristoteles dengan pertimbangan bahwa sebuah tragedi terdiri atas unsur-unsur kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan. Organisasi atas keempat unsur itulah yang kemudian membangun struktur cerita yang disebut plot.

Pendekatan objektif dengan demikian memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itulah, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, pembacaan mikroskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antar unsur di satu pihak, dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain.

Masuknya pendekatan objektif ke Indonesia sekitar tahun 1960-an, yaitu dengan diperkenalkannya teori strukturalisme, memberikan hasil-hasil yang baru sekaligus maksimal dalam rangka memahami karya sastra. Pendekatan objektif diaplikasikan ke dalam berbagai bidang ilmu dan dunia kehidupan manusia, termasuk mode pakaian dan menu makanan. Pendekatan yang dimaksudkan jelas membawa manusia pada. Penenuan-penemuan baru, yang pada gilirannya akan memberikan masukan terhadap perkembangan strukturalisme itu sendiri.

Dari penjelasan macam-macam pendekatan sastra di atas maka penulis hanya akan mengkaji pada pendekatan Pragmatis yang mana pendekatan ini hanya memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca yang ada dalam novel bait-bait cinta karya geidurrahman elsirahsy.

B. PENGERTIAN PENDEKATAN PRAGMATIS

Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra dalam zaman ataupun sepanjang.

Sedangkan menurut para ahli mendefinisiksn pendekatan pragmatik adalah sebagai berikut:

1. Menurut Teeuw, 1994 teori Pendekatan pragmatik adalah salah satu bagian ilmu sastra yang merupakan pragmatik kajian sastra yang menitik beratkan dimensi pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna terhadap karya sastra.

2. Relix vedika (polandia), pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang yang tak obahnya artefak (benda mati) pembacanyalah yang menghidupkan sebagai proses konkritasi.

3. Dawse dan user 1960, pendekatan prangmatik merupakan interprestasi pembaca terhadap karya sastra di tentukan oleh apa yang disebut ”horizon peneriman” yang mempengaruhi kesan tangapan dan penerimaan karya sastra.

Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat member kesenangan dan kaidah bagi pembacanya dengan begitu pendekatan ini mengabungjan diantara unsure pelipur lara dan unsur dedaktif.

Pemanfaatan pendekatan ini harus berhadapan dengan realitifitas konsep keindahan dan konsep nilai dedaktif. Setiap generasi, setiap kurun tertentu diharuskan menceritakan nilai keindahan hal itu tidak berarti bahwa interprestasi hanya subjektif belaka.

Teeuw.1989. sejarah dan pengertian struktur karya sastra

C. ASUMSI ATAU LATAR BELAKANG PENDEKATAN PRAGMATIS

Pendekatan struktural tidak mampu berbuat banyak dalam upaya membantu seseorang untuk menangkap dan member makna karya sastra baik dari segi lain yang diperlukan untuk lebih menjelaskan makna karya sastra. Untuk itu para pakar megemukakan pendekatan baru yang disebut pendekatan pragmatik.

Dengan munculnya pendekatan prangmatik maka bermula pulalah kawasan kajian terhadap karya sastra kerarah peranan pembaca sebagai subjek yang selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaanya.

Peneliti sastra tidak cukup mengupas sastra secara otonom, peneliti harus meneliti proses pemberian makna oleh pembaca tertentu, kontek kesusastraan yang pada gilirannya berkaitan dengan kontek social secara luas.

Karya sastra mempunyai struktur objektif yang member peluang kepada pembaca. Untuk memberi peluang terhadapnya, tetapi stuktur karya sastra semata belum bisa berbuat banyak terhadap pembaca sehinnga diperlukan suatu kegiatan konkretisasi yang objektif.

Menurut Jousz interpetasi seorang pembaca terhadap sebuah teks sastra ditentukan oleh apa yang disebutnya dengan horizon penerimaan, setiappembaca mempunyai horizon penerimaan yang mungkin berbeda dan mungkin sama, akibat dari perbedaan dan penerimaan pembaca, maka makna karya sastra bukanlah suatu yang langgeng, ada saatnya karya sastra ditolak (dinyatakan tidak bernilai) karena tahapan pembaca tidak sesuai lagi apa yang telah disajikan didalam karya sastra. Namun ada pula saatnya karya sastra ditolak tadi akan diterima dengan baik oleh pasangan pembaca karena horizon penerimaan atau harapan pembaca lebih bergeser dan terpenuhi sehingga menjadi pas dengan apa yang disajikan didalam karya sastra.

Hubungan antara pembaca dengan teks sastra bersifat relatif, teks sastra selalu menyajikan ketidak pastian, sementara pembaca mesti aktif dan kreatif dalam menentukan keanekaan makna teks sastra tersebut.

D. SEJARAH PENDEKATAN PRGMATIK

Pada ada tahun 1960 muncul dua orang tokoh ilmu sastra dijerman barat, kedua tokoh itu adalah Hans Robert dan Wolfgangler. Keduanya mengembangkan ilmu sastra yang memberikan penekanan terhadap pembaca sebagai pemberi makna karya sastra.

Pada tahun 1967 (Teeuw, 1984: 5)ia mengatakan bahwa penelitian sejarah di Eropa sejak lama telah melalui jalan buntu. Hal ini karena pendekatan

penulisan sejarah sastra tidak berdasarkan situasi zaman sejak zaman Romantik, dengan adanya paham Nasionalisme, maka pendekatan penulis sejarah sastra disejajarkan dengan sejarah nasional, dan pendekatan lain yang tidak menghiraukan dinamika sastra terus menerus, entah pada suatu bangsa, suatu priode, suatu angkatan dan suatu zaman.

Dalam kaitan kebutuhan ini jauh menawarkan pendekatan penulisan sejarah sastra yang memberikan perhatian terhadap dinamika sastra, dinamika

Teeuw.1989. sejarah dan pengertian struktur karya sastra, halaman 5

sastra akan tersirat pada aktivitas dan kesan yang ditimbulkan oleh pembaca perlu diberi latihan khusus karena pembacalah yang sangat menentukan perkembangan karya sastra dan tepatnya dalam masyarakat.

Apa yang diterima dan dipahami oleh pembaca berpengaruh besar pada perkembangan karya sastra selanjutnya, baik dari segi estentik maupun dari segi sejarah, dari segi estentik karya sastra sebagai seni, pembaca akan menentukan apakah estentik yang mendasari karya sastra diterima atau ditolak. Apakah karya sastra bernilai atau tidak, apakah yang menonjol nilai estentiknya atau nilai kegunaanya (sebagai alat propaganda), misal dari segi sejarah, pembaca pula yang menentukan letak karya sastra dalam deretan karya sastra lain. Oleh sebab itu yang dipentingkan dalam pendekatan yang menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna bukanlah atau keindahan abadi suatu karya sastra, melainkan penerimaan karya sastra pada waktu dan tempat yang berbeda-beda.

Tokoh utama dalam karya sastra yang menekankan peranan pembaca ialah Hans Robert Jausz dalam makalahnya yang berjudul literature als provocation (sejarah sastra sebagai tantangan). Ia melancarkan gagasan-gagasan bru yang sempat mengoncangkan dunia. Ilmu sastra tradisional setelah memberi ringkasan mengenai sejarah sastra antara lain dari aliran marsisme dan formalisme. Menghilangkan factor yang terpenting dalam proses simiotik yang disebut kesusastraan sastra, dan sikap komunikasinya yang mengambarkan hubungan dialong dan proses antara karya sastra dan pembaca. Yaitu pembacalah yang menilai, menafsirkan, memahami dan menikmati karya sastra untuk menentukan nasip dan peranannya dari segi sejarah dan estetis.

Peneliti sejarah sastra bertugas menelusuri resepsi karya sastra sepanjang zaman, keindahan adalah pengertian yang bergantung pada situasi dan latar belakang sosio budaya si pembaca dan ilmu sastra harus meneliti hal itu.

E. METODE PENDEKATAN PRAGMATIK

Penelitian persepsi pembaca terhadap karya sastra dapat mengunakan beberapa metode pendekatan, antara lain pendekatan yang bersifat eksperimental, melaliu karya sastra yang mementingkan karya sastra yang terikat pada masa tertentu ada pada golongan masyarakat tertentu.

1. Kepada pembaca, perorangan atau kelompok disajiakan atau diminta membaca karya sastra, sejumlah pertanyaan dalam teks atau angket yang berisi tentang permintaan, tangapan, kesan, penerimaan terhadap karya yang dibaca tersebut. Untuk diisi jawaban-jawaban itu nanti ditabulasi dan dianalisis.

2. Kepada pembaca, perorangan atau kelompok, diminta membaca karya sastra, kemudian ia diminta untuk menginterpretasikan karya sastra tersebut. Interpretasi-Interpretasi yang dibuat tersebut dianalisis secara kualitatif untuk melihat bagaimana penerimaan atau tangapan terhadap karya sastra.

3. Kepada masyarakat tertentu diberikan angket untuk melihat prestasi mereka terhadap karya sastra, misalnya melihat persepsi sekelompok kritikus terhadap kontemporer persepsi masyarakat tertentu terhadap karya sastra daerahnya sendiri.

BAB III

PEMBAHASAN

A.Sinopsis

Sinopsis adalah suatu bentuk tulisan atau cerita yang menyajikan kembali suatu karangan yang panjang dalam bentuk ringkasan dan ringkasan harus mencakup gagasan-gagasan penting yang diutarakan dalam tulisan aslinya.

Langkah-langkah dalam membuat synopsis

1. baca novel atau naskah yang akan di synopsis, beberapa kali sehingga mengetahui ide-ide pengarang yang ditulis.

2. Mencatat ide-ide pokok.

3. Susunanlah hasil langkah pertama dan kedua menjadi synopsis yang tetap mempertahankan urutan susunan ide naskah/novel.

Adapun sinopsis dalam novel bait-bait cinta karyaGeidurrahman el Mishry ini adalah dimana disuatu desa di Jawa Barat ada pemuda bernama Jaka yang mempunyai takat yang kuat untuk meneruskan kuliahnya di Unifersitas AL-Azhar Mesir walaupun orang tua Jaka tidak mampu, namun tekad jaka telah bulat dan berkat do’a orang tuanya Jaka dibantu oleh kiai Ismail untuk berangkat ke Mesir. Setelah bermukim di Palestina yang kuliah di Unifersitas Kairo. Amira merupakn gadis yang cantik dan baik, namun ia mempunyai masa lalu yang kelam tentang keluarganya yang telah lama meninggal karena kekejaman tentara Israel yang telah menjajah Palestina selama bertahun-tahun ini. Saat ini Amira tinggal bersama pamanya Kholid yang baik hati dan sangat menyauangi amira seperti anaknya sendiri. Setelah mereka saling jatuh cinta, Jaka mendapat kabar dari ayahnya bahwa Jaka akan dinikahkan dengan anak Haji Ismail yaitu Fatimah, namun Jaka tidak bisa mengelak perjodohan itu karena Haji Ismail selain baik kepada keluarga dan dirinya dimana Haji Ismaillah yang emberi biaya untuk kepergian Jaka ke Mesir dan setiap bulannya Haji Ismail tidak pernah absen kirim uang untuk Jaka. Lagi pula anak Haji Ismail, Fatimah selain cantik juga baik, pemuda mana pun pasti beruntung mendapatkan atimah. Namun sayangnya kini hati Jaka sudah di isi oleh Amira.

Di pagi hari dengan tiba-tiba Amira datang ke asrama Jaka, Amira bercerita sambil menangis bahwa pamannya beserta keluarganya meninggal saat berlibur di Sharm El-Seikh di lobi Ghazala Garden Hotel, dimana tempat mereka menginap, di sinilah Jaka berjanji akan menemani Amira seumur hidupnya dan akan ikut amira untuk mengabdi di Negaranya Palestina.

Akibat dari janji Jaka kepada Amira maka Jaka mengingkari jannji kepada orang tuanya, haji Ismail, Fatimah, semua itu Jaka lakukan karena adanya rasa cinta dan sayang kepada Amira. Dalam hati jaka berkata maafin anakmu Ibu, Bapak, H Ismail, dan Fatimah untuk saat ini Jaka belum bisa menjadi anak yang berbakti.

B. Pembahasan penelaahan pragmatik

Dilihat dari pengetahuan pragmatic bahwa pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra maupun sepanjang zaman.Maka disini kami akan mengulas tentang taggapan dari pembaca tentang novel-novel bait-bait cinta karya Geidurrahman el Mishry.

Adapun kehadiran novel bait-bait cinta karya Geidurrahman el Mishry ini mendapat sambutan yang positif dari pembaca dengan terbitnya novel bait-bait ini dimaksudkan untuk meramalkan dan memberi warna tertentu bagi pembaca karena novel ini menceritakan tentang umat islam Indonesia dan tragedi Palestina saat ini demi saat menjadi perhatian yang serius. Hal ini ditandai dengan banyaknya aksi-aksi demontran diberbagai tempat yang menunjukkan simpatinya, penulisan novel ini mencoba turut berbaur dengan mereka untuk menunjukkan simpatinya, dan dalam beberapa tahun belakangan ini karya sastra religius tengah mengalami perkembagan mengejutkan karya yang ditulis dari kalangan santri sangat laku dan laris di pasaran.

C. Beberapa Tanggapan Dari Pembaca Dalam Novel Bait-Bait Cinta Karya Geidurrahman el Mishry

1. K.H. Mustofa Bisri ( budayawan dan pengasuh ponpres raudatul thalibhin,Rembang )

Beliau mengatakan beberapa tahun belakangan ini, muncul fiksi islam yang cerdas, berkualitas dan telah membahagiakan dari itu penulis ternyata santri, mantan santri mereka tidsk sekedarturut mewarnai ruang gegap gempitanya kesusastraan Indonesia, tapi juga mampu memberikan makna pada dunia bati orang Indonesia jujur, saya senang dengan hadirnya karya sastra seperti ini…

2. K.H. Dr.Tarmizi Taher ( mantan mentri agama, ketua umum PP dewan masjid Indonesia DMI )

Sebuah novel religius yang ditampilkan dalam bingkai nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Kisah inspiratif tentang dua anak manusia yang tengah menuntut ilmu di Mesir dan peduli terhadap perjuangan rakyat Palestina melawan penduduk Zionis, Israel, novel ini memang patut dibaca.

3. Kajie Habib ( pelukis dan pemimpin untuk majalah budaya kalimah )

Kelebihan novel ini selain mampu menggugah kisah asmara yang romantic, dinamis, hangat dan penuh tanggungjawab dan tetap berlatar arab mesir, novel ini bersinggungan dengan sejarah local dengan tanah galungling, Kerajaan Galuh, Kerajaan Majapahit, serta memaparkan sejarah agama samawi dan pertikaian Palestina Israel secara runut, cemerlang disertai tebaran mutiara nikmah.

4. M. Jadu Maulana ( ketua komunitas masyarakat mataram DIY dan aktivitas HAM )

Pelanggaran kemanusiaan terbesar abad ini, perilakunya masih wajah-wajah denga alur yang tak disangka, inilah karya fiksi yang isinya bisa menikung menjadi non fiksi dan secara bertahan kepada kita siapa dalang dibalik semua ini.Bagus sekali…

5. Farid Mustau (pemerhati konflik timur tegah dan dosen filsafat UGM)

Memperhatikan konflik Palestina Israel tidak saja membuat saya penat tapi kepala saya justru dibut tambah penat dengan cara penyajiannya yang selama ini cenderung formal dan kaku. Setelah membaca bait-bait cinta saya merasa terbantu bahkan bisa hanyut dalam persalahan yang pelik itu, ini sungguh trobosan yang gemilang yang dilakukan penulis muda, salut!

6. Saira Rahmani ( pecinta novel )

Selain menghibur buku ini kaya pengetahuan yang membuka mata kita tentang lika liku sejarah suatu bangsa geliat budayanya yang khas, asyik dan informatif.

D. Beberapa Tanggapan Dari Penbaca (teman-teman penulis) Mengenai Novel Bait-Bait Cinta Karya Geidurrahman el Mishry

1. Kuzaimah (Jur, Bahasa Indonesia semester VII)

Menurut saya bagus karena di novel ini karya Geidurrahman el Mishry ini tidak menceritakan tentang perantaan saja tapi juga menceritakan pertikaian antara Negara Israel dan Palestina serta sejarah local tentang galungling dan kerajaan majapahit.

2. Lilis Purwani (jurusan bahasa Indonesia semester VII)

Menurut pendapat saya novel ini patut dibaca dari semua kalangan. Novel ini tidak membahas tentang cinta saja tetapi menceritakan sejarah suatu bangsa dan bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Meskipun alur yang digunakan alur campuran tapi beruntun.

Elmishry geidurrahman. 2008. Bait-bait cinta, Jakarta:Grafindo khasanah ilmu.

3. Nurul Qomaria (jurusan bahasa inggris semester V)

Menurut pendapat saya bagus dan patut untuk dibaca, disini saya senang dengan tokoh Amira yang tegar dalam menghadapi segala cobaan hidup dan saya jadi tahu tentang konflik Palestina dan Israel.

E. Beberapa hal yang membuat para pembaca mengemari novel Bait-Bait Cinta diantaranya yaitu:

1. Gaya bahasa.

Gaya bahasa yang digunakan dalam Novel Bait-Bait Cinta Karya Geidurrahman el Mishry kebanyakan mengunakan bahasa arab, bahasa sunda dan sedikit bahasa inggris, mestipun bahasanya campuran namun tidak membuat pembaca kewalahan karena bahasa-bahasa yang di gunakan mudah dipahami oleh pembaca, pembacapun tidak merasa bosan sebab dalam penyajiannya sangat menarik dan sederhana.

2. Tempat

Tempat yang di gunakan dalam novel ini tidak hanya terfokus pada dua Negara yaitu Mesir dan Indonesia saja, tetapi juga menceritakan tentang dua Negara yang mengalami perseteruan yaitu Negara Palestina dan Israel, sehingga pembaca tidak merasa jenuh dan pembaca bisa mengetahui keadaan Negara tetangga yang menderita karena konflik perspektif agama samawi yang banyak memakan korban bahkan anak yang tidak bersalah pun di bunuh dengan keji.

3. Alur

Alur yang digunakan dalam Novel Bait-Bait Cinta Karya Geidurrahman el Mishry ini adalah alur maju mundur atau alur campuran, karena sesekali menceritakan masa lalu tokoh, contoh nya saja Amira yang terkadang Geidurrahman el Mishry sebagai penulis novel Bait-bait Cinta ini membawa pembaca ke dalam masa lalu amira dimana sebelum amira ikut dengan pamannya keluarganya dibunuh oleh tentara Irael dengan kejam. Namun semua itu membuat pembaca tidak merasa bingung karena dalam penyajiannya sangat menarik, teratur dan mudah dipahami pembaca.

Berdasarkan kajian tersebut bahwa Novel Bait-Bait Cinta Karya Geidurrahman el Mishry ini patut untuk dibaca karena banyak nilai positifnya, karena tidak membahas sejarah local tanah galungung tetapi juga memaparkan tentang agama samawi dan pertikaian dua Negara yaitu Palestina dan Irael, dimana penceritaannya diceritakan secara runtun yang dapat dijadikan suatu acuan bagi siapa pun yang membacanya. Yang pasti pesan moral dan yang utama dalah karya sastra ini adalah member inspirasi bsgi pencerahan dan pembangun jiwa sehingga kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan yang di landasi cinta kasih agama dan menjadi modal serta titik tolak untuk membangun keberadapan manusia yang lebih dimasa yang mendatang.

F.Kaitanya dengan kehidupan sekarang.

Dinovel ini menceritakan dua orang muda mudi yang menuntut ilmu dimesir dan peduli terhadap rakyat palestina yang mempunyai konflik dengan Israel yaitu konflik persepektif agama samawi. Dinovel Bait-Bait Cinta Karya Geidurrahman el Mishry ini juga menceritakn tokoh Amira yang telah yatim piatu dimana kedua orang tuanya meninggal karena kebengisan tentara Israel sehinngga Amira hijrah ke Palestina ikut pamanya, pada saat pamannya berlibur di Sharm El-Seikh di lobi Ghazala Garden Hotel paman beserta keluarganya meninggal terkena bom bunuh diri kini Amira hidup seorang diri, namun amira tetap teguh dalam menghadapi tantangan hidup ini. Amirapun bertekat untuk mengabdi di Negara kelahirannya yaitu Palestina demi membela kebenaran.

Kemudian tokoh yang kedua yaitu jaka dimana jaka adalah mahasisiwa Indonesia yang kuliah di Al-azhar mestipun ia tidak mampu namun ia mempunyai cita-cita yang tinggi dan berkat kepintaraannya dia mendapat biayasiswa di Al-azhar Mesir.

Apa bila kehidupan di atas dikaitkan dengan kehidupan kita sekarang, jarang kita temukan seorang gadis yang mempunyai hati seteguh dan setegar Amira mungkin kalau dilihat dizaman sekarng bisa dihitung jari. Kebanyakan muda-mudi sekarang bila ditinggal oleh orang-orang terdekat dia malah down, bahkan melakukan hal-hal negatife dan tidak semangat untuk menjalani hidupnya, dan saat ini juga jarang kita tamui remaja yang peduli dengan Negara tetangga. Dengan musibah yang menimpa negeri sendiri saja acuh tak acuh bahkan egan untuk mengulurkan tangan untuk membantu saudaranya sendiri, mereka tidak sadar bahwa mereka suatu saat akan membutuhkan orang lain.

BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang pemahaman kritik Pragmatik dalam Novel Bait-Bait Cinta Karya Geidurrahman El Mishry maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra dalam zaman ataupun sepanjang zaman.

Novel ini memang patut untuk dibaca karena selain ceritanya menarik novel ini juga mempunyai kelebihan di mana Pengarang menjelaskan dan memaparkan secara cerdas tentang bagaimana konflik Palestina dan Israel.

Seperti yang telah dibuktikan dalam penelaahan pragmatik tersebut, banyak pembaca yang berkomentar positif. Karena Novel karya Geidurrahman Elmishry ini sederhana dari segi ide. Pemakaian alur maju dan alur mundur membuat cerita menjadi asyik untuk di ikuti. Apalagi dengan kandungan ilmu tentang bangsa Zionis Israel dan sejarah pendiriannya serta keserakahannya mencaplok tanah umat Islam Palestina.

B.Saran

Saram dari penulis buat pembaca dimana novel yang berjudul Bait-Bait Cinta karya Geidurrahman Elmisry yang ada ditangan penulis ini sudah cukup baik apabila sejarah dan pertikaian antara Israel dan palestina di pertajam akemudian kisah cinta Jaka dan Amira ditambah seperti apa yang dilakukan Jaka dan Amira saat mengadu nasib di Palestina.

Saran dari penulis buat pembaca, kita sebagai mahluk hidup pasti akan mendapatkan cobaan dari Tuhan jadi kita harus menghadapi dengan sabar dan tabah karena Allah SWT tidak akan memberikan cobaan melampui batas kemampuan kita. Seperti yang dijelaskan dalam Novel karya Geidurrahman Elmishry ini terdapat seorang tokoh yaitu Amira, yang sangat teguh dalam menghadapi tantangan hidup mestipun keluarganya meninggal karena kebengisan tentara Israel namun ia tetap tegar dalam menghadapi hidup ini. Bahkan Amira bertekad akan pulang untuk mengabdi ketanah kelahirannya yaitu Palestina.

Mestipun laporan ini sangat sederhana, dan uraian-uraian didalamnya masih jauh dari kesempurnaan namun mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.amin

DAFTAR PUSTAKA

Elmishry geidurrahman. 2008. Bait-bait cinta, Jakarta:Grafindo khasanah ilmu.

mehttp:hamsmars.blogspot.com/2009/06/paper-menggugah-cinta-analisis...

http:mradhi.com.pendekatan pragmatic.html

Aminudin, 1987, “Pengantar apresiasi karya sastra, Malang : IKIP Malang.

http: marjanfariq.blogspot.com 2008/12/teori-sastra.html

Menurut Wellek dan Warren.1962. Teori sastra, Jakarta: Gramedia halaman:72

Teeuw.1989. pengantar teori sastra, halaman 20

B erger dan Lukman.1973.Sosiologi dan ilmu pengetahuan:halaman:86

Abrams.1976. The miror and the lamp. Halaman 8—9

Tambahkan komentar Komentator

Konversi Kode

Terima kasih telah berkomentar