Kamis, 09 Desember 2010

KAJIAN KRITIK OBJEKTIF DALAM NOVEL SAYAP-SAYAP PATAH KARYA KAHLIL GIBRAN OLEH MUSLIMAHATUL HAJJAH


BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG MASALAH
Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa, sastra sering dikaitkan dengan masyarakat sekitarnya. Sastra bahkan dikaitkan dengan situasi tertentu atau keadaan ekonomi dan sosial masyarakat tertentu. Ada beberapa sastra yang mengungkapkan kebesaran sejarah dan sosial disamakan dengan kehebatan artistic. Namun pada dasarnya seberapa besar unsur kekuatan sastra itu, tidak lepas dari unsur fiksi, walaupun sastra memberikan kebesaran sejarah dengan kekuatan tanggal dan tokoh, hal ini berarti bahwa kebenaran sastra dapat dipertanggung jawabkan, tetapi ia tetap berupa “tiruan” hidup dan kehidupan sosial, ia hanya merekam kejadian sejarah melalui intelegensi pengarangnya.

Novel “Sayap-Satap Patah” ini merupakan salah satu karya  dari banyaknya karya yang ditulis oleh seorang pengarang terkenal, yang namanya sudah tidak asing lagi didunia sastra, ia adalah (Kahlil Gibran). Novel ini sudah terkenal didunia bahkan pernah menjadi buku terlaris di dunia. Novel ini diterbitkan oleh classic press di Batam tahun 2003, judul asli novel ini yaitu “The Broken Wings” dalam bahasa inggris lalu diterjemahkan oleh Drs. Arvin Saputra dalam bahasa Indonesia, novel ini terdiri dari 134 halaman. 


1
Karya sastra adalah karya yang kreatif bukan semata-mata imajinatif. Kreatif dalam karya sastra berarti ciptaan, dari tidak ada menjadi ada. Jika kesustraan tidak mengandung isi, sering dianggap sebagai karya sastra yang tidak bernilai. Setiap unsur dalam karya sastra saling berkaitan dan mempunyai hubungan dengan unsure lain. Sastra tidak sekedar bahasa yang ditulis kan atau diucapkan, ia tidak sekedar cerminan bahasa. akan tetapi bahasa yang mengandung makna yang lebih, ia mempunyai nilai yang memperkaya rohani dan mutu kehidupan. Meski keselarasan yang ada dalam karya sastra tidak secara otomatis berhubungan dengan keselarasan yang ada dalam masyarakat tempat sastra itu lahir. Karya sastra adalah karya yang otonom, yang lebih kurang terlepas dari aspek diluar karya itu. Kritik objektif merupakan langkah awal untuk kritik-kritik selanjutnya. Maka dengan alasan tersebut dalam novel ini digunakan kritik objektif. Kritik objektif merupakan pendekatan yang menitik beratkan karya sastra sebagai struktur yang otonom, pendekatan ini mengesampingkan pengarang dan pembaca serta melepaskan karya sastra dari sosial budayanya.

a.       Keunggulan Pengarang
2
Sejak usia dini sudah menunjukkan bakatnya sebagai artis, sudah mengagumi karya Leornado Da Vinci di usia 6 tahun. Ketika ia berusia 11 tahun, seluruh keluarganya kecuali ayahnya beremigrasi ke Amerika dan tinggal di komunitas ekspatrial asal Libanon di Chinatown di Boston. Ibunya bekerja sebagai penjahit dan kakak lelakinya, Boutrus membuka sebuah toko  kelontong. Gibran sekolah dimana ejaan namanya diubah menjadi Kahlil, is dikirirm belajar melukis dan segera diperkenalkan kepada juru foto Fred Holland Day, yang menggunakannya sebagao model, dan menyuruhnya membuatnya  rancangan-rancangan seni.
Tahun 1920 Gibran menjadi pendiri sebuah masyarakat literature bernama Arrabitah atau The pen bond, karirnya sebagai pelukis sekaligus sebagai penulis berkembang, tetapi kesehatanya memburuk dan ia mulai minum untuk melawan penyakit jantungnya, ia sering diundang untuk berpidato dihadapan di jamaat gereja liberal. Pameran lukisannya dibuka di Baston tahun 1922, dan pada tahun 1923 maha karya yaitu sang nabi diterbitkan karyanya ini langsung sukses dan penjualanya tidak pernah melorot. Ia terbitkan beberapa karya lagi dalam bahasa inggris maupun arab.
 Gibran meninggal karena kegagalan hati dan TBC stdium awal pada tanggal 10 april 1931. Gibran tidak pernah kehilangan cintanya akan Negara asalnya Libanon dimana ia dimakamkan dan dimana ia memperoleh status legendaries.
Banyak karya yang telah dihasilkan, salah satunya yang akan penulis ulas lebih mendalam dalam kritik structural yang berjudul Sayap-sayap Patah (The Broken Wings).
3
Dimana karyanya ini merupakan kisah masa lalunya yang sangat pahit, ia mencintai seorang gadis yang sangat sempurna putrid dari sahabat karib ayahnya. Tetapi takdir berkata lain, gadis itu yaitu Selma dinikahkan dengan seorang pemuda yang tamak dan serakah serta kejam yang bernama Mansour Bey Ghalib. Selma sangat menderita dengan pernikahannya tetapi ia masih berhubungan secara diam-diam dengan kekasihnya Gibran. Gibran juga sangat menderita dengan pernikahan Selma, setelah lima tahun pernikahan Selma ia meninggal dunia saat melahirkan anak pertamanya. Sejak itu pula lah Gibran tambah kehilanagan semangat hidup dan hidup dalam kesedihana. Didalam novel ini pengarang menempatkan dirinya sebagai tokoh utama yang lebih menarik lagi semua tokoh didalamnya memakai nama-nama asli dari orang-orang yang menjadi masa lalunya, termasuk kekasihnya sendiri yaitu Selma Karamy.
Sayap-Sayap Patah memiliki struktur yang bisa dikatakan hampir sempurna, mengapa demikian? Bila dilihat dari unsur instrinsik yang mendasarnya memiliki alur, penokohan, latar, gaya bahasa, pusat pengisahan, tema, amanat yang terkandung didalamnya. Contohnya dalam kutipan Sayap-Sayap Patah salah satunya: “dimusim semi tahun yang mengagumkan, Aku sedang di Beirut. Kebunya penuh dengan bunga-bunga nisan dan bumi seperti hiasan permadani dengan rumput hijau, semua seperti rahasia bumi yang diungkapkan kepada surya (11). Dari kutipan diatas sudah dapat diambil  beberapa unsur instrinsik “musim semi di Beirut” (menunjukkan latar). “bumi seperti hiasan permadani dengan rumput hijau” (menunjukkan gaya bahasa).
4
  1. RUMUSAN MASALAH
Sayap-sayap Patah mengupas kehidupan pengarangya sendiri dimasa lalunya secara gemilang dan terbuka. Nilai-nilai sastra religius yang ada dalam novel ini, merupakan kehidupan keseharian seorang Gibran (penulis) sendiri sebagai novel yang mengandung unsur religiusnya, kata-kata Selma dalam kutipan “ oh, Tuhan yang maha agung, kasihanilah aku dan sembuhkan lah Sayap-Sayap  yang Patah” (Hal 74-75). Dalam Karya Ilmiah ini, penulis ingin mengkaji bagaimankah novel Sayap-Sayap Patah dalam kajian objektif?

  1. TUJUAN PENELITIAN
1.      Untuk memenuhi  tugas akhir semester.
2.      Untuk memahami novel dari segi kritik objektif.
3.      Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam novel Sayap-Sayap Patah karya Kahlil Gibran.








5
  1. MANFAAT PENELITIAN
1.      Manfaat Teoritis
Yaitu memberikan informasi kepada pembaca mengenai kritik objektif dalam sebuah novel. Sebagai perbandingan pada penelitian mahasiswa dan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kritik objektif.
2.      Manfaat Praktis
Yaitu hasil dari penelitian ini semoga bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan khususnya krititk objektif dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan mengenai kritik objektif.













6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Karya Sastra
Karya sastra diciptakan tidak hanya melalui imajinasi yang dilakukan oleh pengarang, tetapi dapat juga dari hasil pengalaman batin pengarang. Pengalaman batin pengarang tersebut berupa peristiwa atau problem didunia yang menarik sehingga muncul gagasan dari imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Biasanya, masalah yang diketengahkan adalah masalah-masalah yang sedang terjadi. Sastra merupakan karya imajinasi yang menggambarkan kehidupan masyarakat yang dapat dipahami dan dinikmati serta dapat dimanfaatkan oleh kalangan masyarakat. Hasil dari imajinasi yang dibuat oleh pengarang yang dituangkan dalam karya sastra seperti drama, cerpen, puisi dan novel.
Karya sastra yang banyak digemari oleh pembaca adalah novel. Ini dapat dilihat dari perkembangan novel di Indonesia sekarang cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya novel-novel terbitan baru. Novel tersebut mempunyai bermacam tema dan isi. Novel adalah cerita yang berbentuk prosa yang menggambarkan pengalaman hidup seseorang atau suatu kelompok yang melukiskan sebagai watak, sifat, dan perilaku. Novel termasuk karya sastra yang bersifat imajinatif.



7
 Karya sastra adalah hasil peniruan atau penggambaran dari kenyataan atau memesis, sebuah karya sastra harus lah merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan oleh karena itu nilai-nilai sastra semakin jauh dan rendah dari dunia ide (Plato). Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif dan objektifnya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai medianya.
Menurut Semi (1989:89) memberikan pengertian sastra adalah bentuk pekerjaan seni kreatif yang objektifnya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.  Menurut Rahmanto (1998:8) mengatakan bahwa sastra mempunyai relefansi dengan masalah-masalah didunia nyata, maka sastra harus kita pandang sebagai suatu yang menduduki tempat yang selayaknya. 

2.2 Novel
            Novel adalah hasil kretaif, yakni yang menyajikan bukan kenyataan yang ada didalam dunia nyata ini, tetapi berlambang dari kenyataan itu (Cf. Uniker Bucker dan Reniger, 1963:1-8). Novel biasanya juga disebut karya fiksi atau karya rekaan yaitu isi pada dasarnya berupa ciptaan (Barthes, 1996:19). Novel adalah suatu karya sastra yang berupa cerita panjang (kronologi). Menceritakan suatu kejadian baik fiksi maupun nonfiksi.



8
Kita dapat melihat novel sebagi upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel mengkomunikasikan cerita dengan menggunakan bahasa. tindak-tindak bahasa terjadi pada dua tataran yaitu:
1.                  Tataran luar novel, merupakan upaya menyampaikan amanat tertentu dari pengarang melalui isi novel yang ditunjukkan kepada public pembaca dan diperkirakan pengarang.
2.                  Tataran dalam novel, merupakan cerita dari pencerita kepada pembaca.
Dalam novel secara garis besar terdapat dua struktur atau unsur yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra seperti tema, amanat, latar, penokohan, dan alur. Unsur ekstrinsik adalah segala unsur yang berada diluar karya sastra dan ikut mempengaruhi karya sastra tersebut. Misalnya fektor kebudayaan, sosial, politik, keagamaan, dan tata nilai yang dianut oleh masyarakat. Kedua unsur tersebut merupakan satu sistem yang salin berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
1. Tarigan, sastra merupakan objek bagi pengarang dalam mengungkapakan gejolak emosinya, misalnya perasaan sedih, kecewa, senang dan lain sebagainya.
2. Ahmad Badrun, berpendapat bahwa kesustraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alat dan bersifat imajinatif.


9
3. Sumarno dan Saini, sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangktikan pesona dengan alat-alat bahasa.
4. Suyitno, sastra adalah sesuatu yang imajinatif, fiktif dan iventif juga harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Damono, mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antar manusia dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang.

Kritik Objektif
Novel merupakan karya yang naratif dengan mengandalkan kekuatan imajinasi dalam proses penciptaannya. Dalam novel terdapat unsure instrinsik seperti:
1.      Alur / Plot
Alur (plot) merupakan susunan dari gerak yang terdapat dalam suatu fiksi atau drama. Alur atau plot adalah jalan cerita dalam suati peristiwa berdasarkan susunannya. Seperti di ungkapkan oleh Hartono (Skripsi Yasti Elizar 2001:8). Alur adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai deretan peristiwa yang secara logika dan kronologis saling berkaitan yang berakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Alur ada tiga yaitu alur maju, alur mundur dan alur maju mundur.
10
2.      Penokohan / Perwatakan
Penokohan adalah bagaimana cara pengarang memperkenalakan tokoh-tokoh dan bagaimana mengembangkan watak tokoh-tokoh tersebut dalam sebuah karya sastra, yang meliputi pembawaan antara bentuk psikologi, sosial, logis, dan sosiologis. Dalam karya sastra ada dua cara untuk mengetahui / memperkenalakn tokoh yaitu:
1.      Secara Dramatik yaitu pengarang secara tidak langsung menceritakan watak atau karakter tokohnya. Cara dramatic dapat dilakukan dengan empat cara:
a.       Pemilihan nama tokoh
b.      Menceritakan perbuatan, tingkah laku tokoh terhadap suatu kejadian.
c.       Melukiskan tempat atau lingkungan seorang tokoh misalnya menggambarkan tentang keadaan rumah seseorang yang serba mewah.
d.      Menceritakan percakapan-percakapan si tokoh.
2. Secara Analitik yaitu pengarang langsung memperkenalkan watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa sang tokoh keras kepala, sedih, penyanyang dan sebagainya.



11
Dalam memahami watak pelaku, Aminudin (1987:81) berpendapat bahwa pembaca dapat menelusuri lewat yaitu:
1.      Melihat tokoh lain berbicara dengannya.
2.      Menunjukkan bagaimana prilakunya.
3.      Memahami bagaimana jalan pikirannya.
4.      Melihat tokoh lain memberi reaksi terhadapnya.
5.      Melihat bagaimana tokoh berbicara tentang dirinya sendiri.
6.      Melihat bagaimana tokoh dalam reaksi terhadapnya.
7.      Tuturan pengarang terhadap karakternya atau pelaku.
8.      Menunjukkan bagaimana perilakunya.
9.      Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan maupun cara berpakaian.

3.      Latar (Setting)
Latar atau dalam sebuah karya sastra merupakan latar fiksi, yaitu menyangkut unsur tempat terjadinya suatu peristiwa atau cerita. Latar sangat erat kaitannya dengan tokoh dan peristiwa. Pengunaan latar adalah untuk maksud dan tujuan antara lain:
1.      Latar suatu cerita mempunyai suatu relasi yang lebih langsung dari arti keseluruhan.
2.      Agar dapat dengan mudah mengenali suatu cerita.

12
3.      Latar biasanya cendrung untuk memperkuat keyakinan terhadap gerak serta tindakan tokoh.
Latar dalam karya sastra merupakan unsur tempat, waktu maupun keadaan sebuah cerita yang terjadi. Latar merupakan tempat peristiwa yang terjadi. Dalam karya sastra latar di kategorikan dalam tiga golongan, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial.

4.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa yang indah dan dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan kalimat-kalimat lain yang lebih umum, atau gaya bahasa. cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang diperlihatkan jiwa atau kepribadian penulis atau pemakai bahasa (Tarigan, 1990:5).
Gaya bahasa disebut juga dengan istilah stilistika atau penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra. Gaya bahasa dalam suatu karya sastra adalah bagaimana cara pengarang menggunakan bahasa dalam karangannya. Gaya bahasa dalam karya sastra memiliki kekhasan tersendiri, karena tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan ekspresi individual pengarangnya.


13
5.      Tema
Tema adalah sesuatu yang menjiwai cerita atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Dalam  tema tersirat amanat atau tujuan pengarang menulis cerita.
Tema juga dapat berarti ide dasar, ide pokok atau gagasan yang menjiwai seluruh karangan yang disampaikan.
Tema adalah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Menurut Suroto (dalam Yasti Elisdar, 2001:7) mengatakan bahwa pikiran yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui jalinan cerita yang dibuatnya.

6.      Amanat
Amanat adalah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan didalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Amanat dalam sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan permasalahan dan manfaat yang kita peroleh dari pemecahan maslah. Amanat dapat diungkapkan secara tersirat pengarang melalui ciptaanya sebagai karya kreatif dan amanat juga dapat diungkapkan secara terang-terangan biasanya amanat sebuah cerita merupakan pandangan pengarang tentang bagaimana sikaf kita dalam menghadapi suatu permasalahan.
Amanat dalam sebuah karya sastra adalah pemecahan atau jalan keluar yang disarankan oleh pengarang terhadap masalah utama dalam cerita.
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Alur
         Alur atau plot merupakan jalan cerita atau rangkaian-rangkaan peristiwa yang membentuk jalan cerita. Alur yang digunakan pengarang dalam novel “Sayap-Sayap Patah” karya Kahlil Gibran dapat dikatakan alur sirkular. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan peristiwa yang terjadi dalam novel ini dengan terbagi menjadi sepuluh bagian cerita. Bagian 1 merupakan bagian sekarang, bagian 2,3,4,5,6,7,8,9,10 merupakan peristiwa masa lalu Kahlil Gibran. Dapat disimpulkan alur novel ini adalah alur maju mundur. Dapat dibuktikan dalam kutipan-kutipan ceritanya dibawah ini:
1.      “wahai sesamaku, tentu kalian senang mengenang masa muda dan berlalunya masa muda itu, tetapi bagiku tahun-tahun itu adalah masa duka yang bisu, yang tumbuh bersama lidah dan air mata” (hal 6-7).
2.      “duka yang menguasaiku selama masa mudaku, itu bukanlah disebabkan karena aku kurang hiburan tetapi disebabkan oleh penyakit batin yang membuatku suka akan kesendiriran” (hal 9).
3.      “demikianlah kehidupanku sebelum aku genap 18 tahun” (hal 10).
4.      “dimusim semi tahun yang mengagumkan itu aku sedang berada di Beirut dan kenalan dengan sahabat lama ayahku yaitu Faris Afandi Karamy” (hal 11-17).
5.      “beberapa hari kemudian, akupun berangkat menuju rumah Faris Afandi dan kenalan dengan putrinya yaitu Selma Karamy yang sangant cantik dan menjalin hubungan kekasih” (hal 18-25).
15
6.      “lima tahun telah berlalu, Selma meninggal dunia diwaktu melahirkan anak pertamanya” (hal 122-131).
Dari keenam kutipan diatas, telah menjelaskan jalan cerita novel ini dari mana, sampai dimana dan berakhir dimana. Kutipan 1-3 adalah cerita Gibran kepada pembaca tentang duka masa mudanya, kemudian kutipan yang keempat awalnya Kahlil berkenalan dengan Faris dan merupakan kenangan masa lalunya Kahlil. Kutipan kelima merupakan masa dimana Kahlil kenal dengan Selma dan menjalin hubungan sebagai kekasih, kutipan keenam Selma meninggal dunia bersama anak pertamanya untuk selama-lamanya.

            Alur cerita dalam novel Sayap-Sayap Patah terdiri dari 5 tahap yaitu tahap eksposisi atau perkenalan, penampilan masalah dan klimaks(peristiwa memuncak), ketengangan menurun, dan penyelesaian, penjelasanya sebagai berikut:
  1. Tahap perkenalan (eksposisi)
Yaitu waktu Kahlil berada di Beirut di musim semi berkenalan dengan Faris Afandi ia memiliki putri bernama Selma Karamy yang cantik dan sangat mentaatinya, tetapi ada seorang pria yang jahat yaitu uskup seorang pendeta yang ingin menguasai harta Faris dengan cara menikahkan keponakannya yaitu Mansour Bey Galib dengan Selma.
  1. Tahap Penampilan masalah
Kahlil kenalan dengan Selma dan menjalin jalinan kasih dalam hari-hari yang indah.

16
  1. Tahap peristiwa memuncak (klimaks)
Selma menikah dengan Mansour pemuda yang tidak ia cintai, Kahlil dan Faris sangat sedih karena wanita yang sangat mereka sayangi akan meninggalkan mereka. Sampai akhirnya Faris (ayah Selma) meninggal dunia, Selma dan Kahlil semakin dalam dukannya.
  1. Tahap ketengangan menurun
Kahlil dan Selma sering bertemu secara diam-diam disebuah kuil tua yang sangat kuno, disini lah mereka saling menumpahkan kesedihan, kerinduan dan perasaan mereka.
  1. Tahap penyelesaian
Selma tidak lagi menemui Kahlil karena pendeta uskup sudah mengetahui hal itu, Selma tidak mau kekasihnya dibunuh oleh uskup dan Mansour. Lima ahun kemudian Selma meninggal dunia diwaktu melahirkan anak pertamanya, Selma pergi meninggalkan kehidupannya yang kejam. Kahlil pun ambruk dan menangis dimakam Selma dan merasakan disinilah hatinya juga terkubur.

3.2 Analisis Penokohan
            Penokohan adalah cara pengarang mengenalkan tokoh dalam cerita. Novel Sayap-Sayap Patah hanya memiliki sedikit tokoh didalamnya. Pengarang hanya memasukkan tokoh-tokoh penting yang ada didalam kenangan masa lalunya. Jenis penokohan dalam novel ini mengunakan teori analitik dan dramatik.

17
            Contoh penokohan analitik yaitu terdapat pada penulis dalam memperkenalkannya langsung menyebutkan bentuk fisik Selma, seperti ramping, cantik wajahnya, rambutnya, mata, bibir, dan leher. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan ceritanya seperti:
  1. “dalam pakaian sutranya yang putih, Selma ramping seperti seberkas cahaya bulan yang masuk lewat jendela” (hal 26).
  2. “kecantikan Selma tidak disebabkan pada rambutnya yag keemasan tetapi pada kemuliaan” (hal 27).
  3. “matanya yang lebar tetapi memancarkan cahaya” (hal 27).
  4. “bibirnya merah namun pada kata-katanya selalu membawa damai” (hal 27).
  5. “bukan karena lehernya yang jenjang, semata-mata dikarenakan oleh kesopanan dan cara sedikit membungkuk badannya kedepan sebagai tanda penghormatan” (hal 27).

Contoh penokohan dengan teori dramatik terdapat pada tokoh Faris Afandi, Uskup bulos Ghalib dan Mansour Bey Ghalib bentuk sifatnya disampaikan melalui dialog. Seperti terdapat dalam kutipan novel tersebut.
    1. “Faris Afandi adalah orang tua yang baik dan berhati mulia” (hal 14).
    2. “uskup seorang pria yang berwatak iblis yang menyembunyikan kejahatannya dibalik bayang-bayang injil” (hal 15).
    3. Mansour Bey Ghalib adalah seorang laki-laki yang bisa memperoleh segala bentuk kemewahan hidup dengan begitu gampang” (hal 80).
18
Macam-macam karakter tokoh dalam novel Sayap-Sayap Patah dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1.      Protagonis, tokoh aku (Kahlil Gibran), Selma Karamy dan Faris Afandi.
2.      Antagonis, tokoh uskup bulus Ghalib, dan mansour Bey Ghalib.

Contoh karakter tokoh dalam kutipan  novel Sayap-Sayap Patah, yaitu:
1.      Selma Karamy, penurut kepada perintah ayahnya, taat pada agama, baik hati, pendiam, sentimental, cerdas, dan lain sebagainya. Pembuktiannya:
“anak perempuannya tunduk kepadanya kendati dia memiliki budi yang luhur dan kecerdasan” (hal 14).
“pria tua itu tampak riang mendengar putrinya berbicara sebegitu sopan santun, Selma itu sangat sentimental” (hal 19).
“oh tuhan yang maha agung, kasihanilah aku dan sambungkanlah sayap-sayap yang patah” (hal 74-75).
      Walaupun ia tidak menginginkan pernikahannya dengan Mansour, namun ia tidak membangkang perintah ayahnya dan menyerahkan semuanya kepada sang pencipta.





19
2.      Uskup dan Mansour, tamak, serakah, kejam, pezinah, pendeta, pencuri, dan penipu. Pembuktiannya:
“karakter Mansour dan Uskup, perbedaan diantara keduanya hanya lah sang uskup memperoleh segala yang diinginkannya secara samar, berasal dari bawah perlindungan jubah gereja dan salib emas yang dikenakan didadanya sedangkan kemenakannya (Mansour) melakukan segalanya secara terang-terangan” (hal 81).
“Uskup Bulos adalah seorang pencuri yang berlindung dibalik kegelapan malam” (hal 81).
3.      Aku (Kahlil Gibran): setia kepada kekasihnya, tepat janji, kutu buku, sabar, rela berkorban, dan tegar. Pembuktiannya:
“Aku berkata kepada temanku, aku akan mengunjungu Faris untuk memenuhi janjiku dan demi menghargai persahabatan yang terjalin antara beliau dan ayahku” (hal 16).
“mari Selma, mari kita tabahkan diri, mari kita menjadikan menara yang kokoh dihadapan sang badai” (hal 85).
4.      Faris Afandi: barhati mulia, kaya raya, lembut, penuh dengan kasih, penyayang dan sabar. Pembuktiannya:
“tidak ada seorangpun di Beirut ini yang dengan kekayaan dan kebaikannya mempunyai sifat terpuji dan membuatnya menjadi hartawan” (hal 14).
“makan malam sudah siap anak-anakku” (hal 32).

20
3.3 Analisis Latar
            Latar dalam karya sastra merupakan unsur tempat, waktu maupun keadaan sebuah cerita yang terjadi. Sayap-sayap patah merupakan suatu pengalaman pribadi yang bisa dikatakan pengalaman pahit bagi sang penulis. Apabila sebuah novel harus memiliki yang namanya latar, novel Kahlil Gibran ini tak lepas dari itu, ia menceritakan kapan, dan dimana saja peristiwa itu berlangsung.
            Didalam novel ini ada dua latar yaitu latar fisik yang terdiri dari waktu dan tempat, dan latar sosial dan budaya. Latar fisik dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
dimusim semi tahun yang mengagumkan itu, aku sedang berada di Beirut”  (hal 11).
“suatu hari Faris Afandi mengundangku makan malam dirumahnya” (hal 31).
“suatu hari, diakhir bulan juni ketika rakyat meninggalkan kota menuju gunung untuk menghindari sengatan musim panas” (hal 109).
            Contoh pembuktian latar sosial dan budaya yaitu:
“di Lebanon, tak ada orang Kristen yang melawan Uskupnya, dan ia dianggap orang baik-baik” (hal 52).
“wanita dipandang sebagai komoditas, dibeli dan diantarkan dari satu rumah kerumah yang lain” (hal 76).
“sebab ia sibuk dengan gadis-gadis malang yang telah didorong oleh kemiskinan kerumah-rumah border, menjul tubuh mereka demi roti yang dibuat dengan darah dan air mata” (hal 108-109).
            Dari kutipan diatas, dapat dibayangkan bagaimana keadaan kehidupan masyarakat pada saat itu.
21
3.4 Pusat Pengisahan
            Didalam novel ini pengarang berperan sebagai tokoh utama, orang yang serba tahu sifat dan karakter semua tokoh, tentang keadaan dan semua kejadian. Hal ini dibuktikan dalam alur setiap bagian, pengarang menggunakan kata sapaan orang pertama, kedua, dan orang ketiga, baik tunggal maupun jamak seperti nama tokoh, aku, dia, ia dan mereka. Contohnya:
“aku melangkah meninggalkan tempatnya dan keluar melalui pintu” (hal 16).
“Selma duduk dekat jendela” (hal 21).
“tidakkah kamu pikir lebuh baik kita disini hingga bulan ini muncul” (hal 36).
“mereka bergegas menuju rumah besar itu” (hal 128).
            Dari contoh-contoh diatas dapat dismpulkan bahwa pengarang juga mengambil posisi (berperan dalam cerita). Disetiap pernyataan dalam novel dia menempatkan dirinya sebagai aku mulai dari awal cerita sampai akhir cerita.

3.5 Analisis Gaya Bahasa
            Gaya bahasa suatu karya sastra adalah bagaimana cara pengarang menguraikan bahasa dalam karangannya. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel ini sangat khas, pengarang sering menggunakan kata-kata perumpamaan yang indah seperti kata-kata puisi dan juga menggunakan kalimat yang bermakna majas, salah satunya majas personifikasi, adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang mati yang tidak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat-sifat kemanusiaan.
22
Seperti pada kutipan dibawah ini:
“pohon-pohon jeruk dan apel, terlihat laksana bidadari-bidadari atau mempelai pengantin” (hal 11).
“ia tampak seperti bunga bakung berayun oleh semilir angina fajar di hamparan rumput hijau” (hal 35).
“dia menatap langit seakan-akan matanya terbuat dari kaca” (hal 133).

3.6 Tema dan Amanat
            Tema adalah sebagai pokok permasalahan atau inti permasalahan yang dibicarakan dalam sebuah karya sastra. Tema dari novel ini adalah duka dibalik penderitaan sepasang kekasih yang dipisahkan oleh tangan takdir dan kisah cinta pertama yang pahit. Seperti kutipan dibawah ini:
“saat ini, setelah tahun-tahun berlalu, aku tidak memiliki apapun. Tak ada yang tersisa dari impian indah itu, melainkan kenangan menyakitkan yang mengepak-ngepak laksana sayap-sayap tak tamnapk di sekelilingku” (hal 3).
“Selma yang anggun sudah tiada, tiada yang tersisa untuk sekedar mengingatnya selain hatiku yang patah dan seonggok kuburan itu dan hati inilah yang masih tersisa untuk memberi kesaksian tentang Selam” (hal 3).
“sekarang kehidupan memisahkan kita sehingga engkau boleh meraih kemuliaan seorang pria dan aku memikul tugas seorang perempuan” (hal 61).


23
            Dapat disimpulkan bahwa cinta pertama mereka tidak pernah bersatu, pertama dipisahkan oleh kehidupan, Selam yang dinikahkan dengan pria yang tidak dicintainya dan akhirnya meninggal dunia, yang meninggalkan duka seumur hidup bagi Kahlil Gibran.
            Amanat adalah pemecahan masalah atau jalan keluar. Amanat novel ini secara langsung tidak melukiskan amanat bagi pembaca, namun penulis menuangkan kisahnya dalam sebuah novel agar pembaca mengerti bahwa tidak selamanya cinta saling memiliki, janganlah terlalu larut dalam masa lalu dan kita harus menyadari keberadaan kita sebagai manusia dalam keadaan apapun kita harus selalu ingat kepada tuhan, hormati dan sayangi lah orang tua kita. Seperti kutipan dibawah ini:
“ku mohon pertolonganmu, ya tuhan, agar aku mampu menghadapi pertarungan yang mematikan ini dan tolonhlah aku agar selalu jujur dan berbudi luhur sehingga kematian menjemputku” (hal 72).
“kehendakmu pastilah terlaksana wahai tuhanku” (hal 72).








24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Novel mendorong kemampuan pikiran manusia untuk dapat merenung, bermimpi dan membawa dirinya pada semua situasi yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman atau imajinatif pengarang. Novel lebih menyarankan atau menawarkan beberapa kemungkinan moral, sosial dan lain-lain.
            Dari kritik objektif yang telah dilakukan maka kesimpulan dari novel Sayap-sayap Patah karya Kahlil Gibran adalah:
a.       Alur atau plot yang ada dalam novel Sayap-sayap Patah ini menggunakan alur sirkular.
b.      Penokohan dalam novel ini disajikan dan ditentukan pengarang dengan cara analitik dan dramatic.
c.       Latar atau setting secara material banyak dilukiskan sehingga pembaca mudah untuk mengetahui dimana cerita belangsung.
d.      Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini cukup beragam.
e.       Amanat yang ingin disampaikan dalam novel ini adalah jangan terlalu larut dengan masa lalu.



25
B. Saran
            Dengan terselesaiakannya kritik objektif pada novel sayap-sayap patah ini, maka pembaca dapat membandingkan dan menemukan kelebihan atau keistimewaan novel ini. Menurut saya novel ini hanya patut dijadikan sumber pengajaran pembelajaran bahasa Indonesia, karena didalamnya terdapat bahasa yang indah, yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi anak-anak bahasa yang ingin mengembangkan bakatnya dibidang puisi dan prosa.



















26





















LAMPIRAN-LAMPIRAN
























TABEL IDENTIFIKASI PENOKOHAN

NO
TOKOH
KARAKTER
HALAMAN
ANALITIK
DRAMATIK

1.





2.







3.

Kahlil Gibran





Selma Keramy






Faris Afandi


Setia
Tepat janji
Kutu buku
Sabar,Rela berkorban
Tegar

Patuh
Taat kepada agama
Sentimental
Cantik dan cerdas
Santun dan bijak sana
Sopan
Pendiam

Baik dan Berhati Mulia
Kaya Raya
Penuh Kasih Sayang
Sabar

109
16
18
118
118

45
74
19
25
19
27
28

14
14
32
88

v
v
v
v
v

v
v
v
v
v
v
v

















v
v
v
v
27
NO
TOKOH
KARAKTER
HALAMAN
ANALITIK
DRAMATIK

4.




5.

Uskup Bulos Ghalib



Mansour Bey Ghalib

Tamak
Buruk perangai
Kejam
Pencuri, penipu

Tamak
Penipu
Pezinah
Kejam





52
52
81
81

50
82
81
125



v
v
v
v

v
v
v
v







28
TABEL IDENTIFIKASI LATAR DAN GAYA BAHASA
LATAR FISIK
NO
LATAR
IDENTIFIKASI
HALAMAN

1.








2.

Tempat








Waktu



Lebanom
Beirut
Taman yang indah
Rumah Faris Afandi
Pintu masuk taman
Rumah megah di Ras Birut
Kuil tua
Kereta uskup

Bulan Nisan
Suatu hari
Beberapa saat kemudian
Malam itu
Di pagi hari
Tengah malam
Abad ke 15/16
Akhir bulan juni

29

Setelah cahaya matahari tenggelam
Lima tahun
Fajar menyingsing
Saat matahari terbit
Sehari berikutnya

38
11
25
31
44
79
99
50

12
31
32
44
54
96
100
109



120
125
128
129
132


















30
DAFTRA PUSTAKA

Gibran, Kahlil. 2003 Sayap-Sayap Patah (Broken Wings). Batam: Classic Press.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Edisi. Kedua. Depdikbud: Balai Pustaka.
www.google.co.id pengertian unsur instrinsik novel.
www.google.co.id pengertian kritik sastra
           

1 komentar:

makasih kepada yang telah menulis artikel tentang novel diatas dengan itu saya dapat mempelajari tentang novel yang akan saya analisa
#DickyDharmawan

Tambahkan komentar Komentator

Konversi Kode

Terima kasih telah berkomentar