Selasa, 21 Desember 2010

Kajian Kritik Objektif dalam Novel “Kalam Cinta Dari Tuhan” Karya Ali Sobirin El Muannatsy Oleh Eka Pusrayani

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sastra merupakan cermin mayarakat. Karya sastra tidak hadir begitu saja, melainkan hasil pergulatan antara realita dan imajinasi pengarang. Melalui imajinasinya, pengarang ingin mewujudkan kembali sederetan pengalaman tertentu yang pernah akrab dengan lingkungan. Sumber karya satra adalah kenyataan dalam masyarakat. Sebagai imajinai dari kenyataan dapat disimpulkan bahwa sastra erat kaitannya dengan masyarakat.

Ilmu sastra melingkupi bidang yang luas, di dalamnya tercakup teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Teori sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang membicarakan pengertian-pengertian dasar tentang sastra. Berbagai cirri keunggulan seperti keorisinilan, keindahan dalam isi, dan ungkapan karya sastra yang dimakud adalah hasil pekerjaan, perbuatan, atau ciptaan sang pengarang khususnya sastra yang berupa prosa, puisi, dan drama.
Karya sastra berbentuk proa lebih dekat pada pemaparan apabila dipenuhi beberapa syarat. Pertama, di dalamnya terdapat peristiwa. Sebuah peristiwa ditandai oleh tindakan dalam kesatuan ruang dan waktu, apabila tidak ada tindakan namun hanya lukisan tentang tempat ruang dan waktu, maka ia berubah menjadi deskripsi. Kedua, peristiwa menghendaki tokoh-tokoh, yaitu orang yang menggerakkan peristiwa. Ketiga, deretan peristiwa dan tokoh itu adalah peristiwa dan tokoh fiktif.
Sastra secara fundamental adalah sesuatudi mana kita terlibat secara sukarela atau spontan, tidak masalah apakah sebagai produsen atau konsumen, karena karya sastra adalah bagian kehidupan manusia yang membahas dan menceritakan kehidupan manusia. Jadi dapat diartikan bahwa sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupannya, maka sastra tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir tetapi juga merupakan media untuk menampung ide teori, atau sistem berpikir manusia. Sebagai karya yang kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Disamping itu, sastra harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat manusia.
Menurut Luxemburg (1984 : 60) karya sastra naratif atau prosa mencakupi novel dan cerpen, walaupun terdapat istilah roman, namun kaitannya roman disamakan dengan novel. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa novel dan roman keduanya dapat disamakan. Hal ini disebabkan struktur atau unsur yang membangun karya sastra naratif yang berbentuk prosa adalah adanya alur atau plot. Alur dan plot adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logika dan kronologis saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh pelaku.
Menurut Arianto (1959:10) novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan secara halus. Menurut Jakob (dalam Sam, 2008:1) bahwanovel adalah bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Berdasarkan definisi di atas, novel dapat diartikan sebagai karya fiksi yang menceritakan kehidupan manusia dan banyak diminati masyarakat luas karena menceritakan tentang kehidupan manusia itu sendiri.
Karya sastra bukan sekedar bahasa yang dituliskan atau diucapkan dan bukan hanya permainan bahasa, akan tetapi bahasa yang mengandung makna lebih. Sastra menawarkan nilai-nilai yang dapat memperkaya rohani dan meningkatkan mutu kehidupan. Sastra juga member peluang kepada manusia untuk mempermasalahkan kehidupan sehingga dapat memunculkan gagasan-gagasan yang bermakna.
Kritik objektif merupakan langkah awal untuk kritik-kritik selanjutnya. Kritik objektif merupakan kritik sastra yang sasarannya hanya karya sastra semata tanpa menghubungkannya dengan dimensi-dimensi lain seperti pengarang, pembaca, keadaan masyarakat, dan lain-lain.
Kritik berarti pengkajian evaluasi dari berbagai segi dan penuh pertimbangan. Kritik bukan mencari-cari kesalahan, tetapi kritik yang sehat menyebutkan sifat-sifat yang baik maupun yang buruk, kemudian memberikan penilaian yang membangun. Kritik sastra pada dasrnya terbagi dua, yaitu kritik sastra ilmiah dan kritik sastra non ilmiah. Kritik sastra non ilmiah adalah kritik sastra yang bersifat emosional, kegiatannya hanyalah berupa penyampaian kesan sejauh mana karya sastra mampu menggelitik jiwa pengkritik dan pengkritik bebas dalam menyampaikan kesannya tersebut. Sedangkan kritik sastra ilmiah bersifat rasional sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan terdiri dari beberapa pendekatan.
Kritik sastra berfungsi sebagai upaya untuk menempatkan karya sastra pada posisi yang jelas dan dapat menentukan karya yang bermutu dan karya yang kurang bermutu. Hal ini akan membimbing penulis (sastrawan) dalam menciptakan karya sastra atau untuk memperbaiki karya-karya sastra mereka yang dinyatakan kurang bermutu oleh kebanyakan kritikus. Disamping itu kritik sastra juga dapat membantu pembaca untuk memahami karya sastra sehingga bertambah keinginannya untuk membaca karya-karya yang lain.

A. Tentang Pengarang
Ali Sobirin El Muannatsy, kelahiran Tegal 27 Maret 1976, biasa dipanggil Mas Also. Putera kedua dari lima bersaudara, anak dari Muanas bin K. Khusnan dengan Maani binti Yunus. Belajar menulis secara otodidak. Artikelnya cukup bertebaran di media massa nasional seperti Media Indonesia. Koran Tempo, Republika, Kompas, dan Suara Pembaruan. Tulisan-tulisannya dapat dilihat di www.islamemansipatoris.com.
Mas Also adalah seorang lulusan Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (1999). Lulus Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1991 dari MTs (Madrasah Tsanawiyah) Husnaba Kedung Banteng Tegal. Sebelumnya bersekolah di Sekolah Dasar di MI (Madrasah Ibtidaiyah) Miftahul Ulum Kebadingan Kedung Banteng Tegal. Lulus Sekolah Lanjutan pada tahun 1994 dari MAN (Madrasah Aliyah Negeri) 1 Tegal Babakan Lebaksiu sembari nyantri di PP. Ma’haduth Tholabah Babakan Lebaksiu Tegal.
Mas Also adalah peneliti di Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jakarta dan sebagai Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Potensi Bangsa (LP3B) Jakarta, pemimpin redaksi Buletin Jum’at An-Nadhar P3M dan pengasuh rubric Hikmah di www.islamemansipatoris.com. Selain itu dia adalah pengasuh pengajian majelis Tafkir di Jakarta.
Untaian hikmah majelis Tafkirnya sudah terdokumentasikan dalam bentuk CD (Audio Mp3) yang dikumandangkan dibeberapa radio daerah seperti Surabaya, Lumajang, Bangkalan, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Brebes, Cilacap, Magelang, Wonosoba, Pekalongan, Semarang, dan Pati Jawa Tengah; Bandung Jawa Barat, serta Samarinda.
Novel “Kalam Cinta dari Tuhan” ini merupakan karya sastra perdananya yang ia rampungkan dalam waktu efektif satu bulan. Sekarang ia sedang menyelesaikan novel selanjutnya yaitu:
- Balada Cinta Kalijaga
- Cinta di Tanah Kafir
“Mas Also adalah sosok yang berusaha santun dan mau menghormati orang tua. Itu pula yang saya rasakan dalam novelnya. Semangatnya begitu berapi-api untuk membahagiakan orang tua dengan karya dan mengorientasikan kebahagiaan orang tuanya sebagai yang awal dalam konteks laku hidup Li Mardhatillah di tengah-tengah masyarakat.

K.H.A. Mustofa Bisri
Budayawan, Pengasuh Pondok Pesantren
Raudlatut Thalibih Rembang


“Detail, jeli, dan at home. Itu kesan saya setelah membaca manuskrip novel ini. Mas Also berhasil melukiskan Jasad dan Ruh UIN. Berorientasi pada nilai, dan mengisahkan perjuangan seorang Mahasiswa saat-saat sedang meneliti hidup. Angan saya terlambung ke masa dulu, saat sedang memupuk diri di tengah hambatan dan rintangan.

DR.Komaruddin Hidayat
Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Kolumnis

B. Keunggulan Novel
Novel Kalam Cinta dari Tuhan karya Ali Sobirin El Muannatsy, di dalam novel ini gambaran kisahnya sangat menyentuh kalbu. Alur novel ini sangat mendebarkan. Bagian demi bagian dirajut dengan halus, indah dan menawan. Bumbu-bumbu cintanya unik. Selain itu ada pembongkarannya untuk kemajuan dan progresivitas generasi. Bisa menjadi barometer dan pedoman bagi para mahasiswa, para santri dan para pelajar lainnya. Kisah cintanya tidak terjebak dalam nafsu dan syahwat hewani, tapi pemaknaan cinta dan kehidupan. Yaitu mewujudnya cinta sebagai penyemangat hidup untuk terus berjuang dan berkarya, dan mengaplikasikan Kesejatian Cinta.
“Formalistiknya sebangun dengan substantifnya terhadap nilai-nilai ajaran Islam. Novel ini menyentuh hati dan nalar sekaligus. Siapapun yang membaca novel ini akan sadar bahwasanya memang kita harus selalu berpikir kedepan, dan mendedikasikan hidup kita dengan karya yang bermutu untuk generasi berikutnya”.

Zuhairi ‘Gusmis’ Misrawi
Alumni Al-Azhar Kairo Mesir dan Penulis
Buku Progresif Al-Quran Kitab Toleransi

“Sebuah kisah mahasiswa yang tetap semangat meniti hidup dan berorientasi pada bakti ke masyarakat. Plot-plotnya memukau dan penokohannya kuat. Kisah cintanya unik dan mengagetkan”.

Edi A. Efendi
Sastrawan dan Redaktur Budaya
Dan Media Indonesia

1.2. Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah kajian kritik objektif dalam novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi?



1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi dengan menggunakan kajian objektif.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini ada dua yaitu:
- Manfaat Teoritis
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai kritik objektif dalam sebuah novel. Sebagai pembangding pada penelitian mahasiswa, dan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kritik objektif.
- Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini, semoga bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan khususnya kritik objektif, dan dapat memperkaya kasanah ilmu pengetahuan mengenai kritik objektif.











BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Karya Sastra
Karya sastra merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau system fakir manusia. Menurut Rahmanto (1989:8) sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka sastra harus kita pandang sebagai suatu yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Pembuatan karya sastra yang dilakukan dengan cara yang tepat memberikan sumbangan memecahkan masalah-masalah nyata yang sulit dipecahkan dalam masyarakat.
Di samping itu Semi (1989:89) memberi pengertian bahwa sastra adalah bentuk pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Karya sastra memiliki fungsi ganda yaitu sebagai hiburan sedangkan disisi lain berusaha memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan.
Menurut Tarigan dalam http://organisasi.org/kandungan-nilai-pendidikan-dalam-novel-menyemai-cinta-di-negeri-sakura Fungsi karya sastra bagi hidup dan kehidupan dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu :
1. Fungsi Rekreatif yaitu karya sastra dapat memberikan rasa senang, gembira serta menghibur para pembaca.
2. Fungsi Estetis yaitu karya sastra itu indah, secara otomatis karya sastra akan memberi keindahan bagi penikmatnya.
3. Fungsi Didaktif yaitu karya sastra yang baik biasanya mampu mengarahkan dan mendidik para pembaca karena nilai-nilai kebenaran yang terkandung didalamnya.
4. Fungsi Moralitas artinya karya sastra yang baik biasanya selalu mengandung nilai-nilai moral yang tinggi. Dengan begitu pembaca akan tahu bagaimana moral yang baik dan buruk bagi dirinya.
5. Fungsi Religiusitas yaitu karya sastra mengandung ajaran-ajaran agama yang harus dan wajib diteladani oleh para penikmatnya.

2.2. Novel
Novel adalah hasil karya kreatif, yakni yang menyajikan bukan kenyataan yang ada dalam dunia nyata ini, tetapi berlambang dari kenyataan itu (cf. Uniker Bucker dan Reniger, 1963:1-8). Novel biasanya juga disebut karya fiksi atau karya rekaan yaitu isi pada dasarnya berupa ciptaan (Barthes, 1996:19).
Menurut Suyitno (2009:35) novel berasal dari bahasa Latin novellus. Novellus berasal dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel merupakan bentuk karya sastra yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya seperti puisi dan drama.
Rozak (2004:136) mendefenisikan novel sebagai jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup.
Selanjutnya Tarigan (1985:164) mengemukakan bahwa “istilah novel berasal dari kata latin “novellas” yang diturunkan dari kata “novies” yang berarti baru. Cerita yang baru muncul kemudian sesudah drama, puisi, dan lain-lain. Sebagai cerita prosa dan fiktif, yang melukiskan para tokoh cerita, gerak serta adegan kehidupan yang nyata yang mewakili dalam suatu urutan-urutan peristiwa yang disusun dalam suatu alur tertentu yang bersifat fiktif”.
Selain itu Semi (1983:132) mengemukakan bahwa novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang dan pemusatan kehidupan yang tegas. Dikatakan demikian karena novel memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas dan mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.
Ditinjau dari struktur teksnya, sifat novel yang utama dalam naratif yaitu didominasi oleh sejumlah perbuatan atau tindakan serta hubungan temparel (Nida dan Taber, 1969:132). Hubungan temparel itu mengaitkan sejumlah peristiwa yang membantu jalan cerita, dengan bentuk naratif lain, dapat kita lihat dalam surat kabar. Bedanya dengan novel adalah bahwa berita surat kabar bukan fiksi karena pada dasarnya menyajikan kenyataan atau unsur dari dunia nyata.
Kita juga dapat melihat novel sebagai suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel mengkomunikasikan cerita dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Tindak-tindak bahasa terjadi pada dua tataran, yaitu:
1. Tataran luar novel, merupakan upaya menyampaikan amanat tertentu dari pengarang melalui isi novel yang ditujukan kepada publik, pembaca, dan diperkirakan pengarang.
2. Tataran dalam novel merupakan cerita dari pencerita kepada pembaca.

Secara garis besar, struktur novel ada dua yaitu struktur luar (ekstrinsik) dan struktur dalam (intrinsik). Struktur luar (ekstrinsik) adalah segala unsur yang berada diluar karya sastra dan ikut mempengaruhi karya sastra tersebut, misalnya faktor kebudayaan, social, politik, keagamaan, dan tata nilai yang dianut oleh masyarakat. Sedangkan struktur dalam (intrinsik) adalah unsur yang membangun karya sastra yang bersifat dari dalam karya itu sendiri, seperti tema, amanat, latar, penokohan, dan alur. Kedua unsur tersebut merupakan satu sistem yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.




2.3. Kritik objektif
Aminudin (1998:35) mengatakan bahwa kalau kita berbicara mengenai anatomi fiksi berarti berbicara tentang struktur fiksi atau unsur-unsur yang membangun fiksi. Struktur fiksi dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Struktur luar (ekstrinsik) adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra tersebut, misalnya factor budaya, agama, sosial, falsafah, politik, dan tata nilai yang dianut oleh masyarakat.
2. Struktur dalam (intrinsik) adalah unsur yang membentuk karya sastra yang bersifat dari dalam karya sastra itu sendiri. Ada pun unsur-unsur tersebut ialah sebagai berikut:
a. Alur atau plot
Alur merupakan susunan dari gerak yang terdapat dalam suatu fiksi atau drama. Alur atau plot adalah jalan cerita dalam suatu peristiwa berdasarkan susunannya. Seperti diungkapkan oleh Hartono (dalam skripsi Yasti Elizar 2001:8) “alur adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai deretan peristiwa yang secara logika dan kronologis, saling berkaitan yang dialami oleh para pelaku”.
Untuk menarik perhatian pembaca biasanya pengarang menggunakan teknik tertentu yang dikenal dengan istilah ketegangan atau suspensi, dengan cara ini pengarang diharuskan untuk tekun membaca cerita sehingga dia dapat menemukan jawaban atas perkataan dirinya. Ketegangan akan lebih berfungsi apabila pembaca diliputi oleh rasa cemas ketika memikirkan nasib para tokoh cerita yang bersangkutan.
Di samping itu alur atau plot dibagi atas tiga yaitu:
- Alur maju
- Alur mundur
- Alur maju mundur (campuran).
Alur memiliki tahapan yang harus dijalani dalam menganalisis. Adapun tahapan-tahapan dalam alur ialah:
- Tahap perkenalan cerita (eksposisi)
- Tahap peristiwa mulai bergerak (komplikasi)
- Tahap puncak cerita (klimaks)
- Tahap penyelesaian masalah (anti klimaks)
Fungsi alur yang utama adalah agar cerita terasa sebagai cerita yang berkesinambungan dan mempunyai kaitan yang erat antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.
b. Penokohan/ perwatakan
Ada dua cara untuk mengetahui/ memperkenalkan tokoh dalam karya sastra, yaitu:
1. Secara analitik, yaitu pengarang langsung memperkenalkan watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa sang tokoh keras kepala, sedih, penyayang, dan sebagainya.
2. Secara dramatik yaitu pengarang secara tidak langsung menceritakan watak atau karakter tokohnya. Cara dramatik dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
- melukiskan tempat atau lingkungan seorang tokoh misalnya menggambarkan tentang keadaan rumah seseorang yang serba mewah, seperti rumahnya bagus dan dihuni oleh keluarga yang bahagia.
- Pilihan nama tokoh
- Menceritakan percakapan-percakapan si tokoh
- Menceritakan perbuatan, tingkah laku tokoh terhadap suatu kejadian.
Cara pelukisan watak tokoh sebagaimana dikemukakan di atas yaitu menggambarkan bahwa melukiskan watak para tokoh cerita dapat dilukiskan dengan cara analitik dan dramatik. Dalam hal ini tentu saja harus disesuaikan dengan karakter sang tokoh, baik tokoh antagonis dan protagonis.
Dalam memahami watak pelaku, Aminudin (1987:81) berpendapat bahwa pembaca dapat menelusuri lewat:
- Tuturan pengarang terhadap karakternya atau pelaku
- Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan maupun cara berpakaian.
- Menunjukkan bagaimana perilakunya
- Melihat bagaimana tokoh berbicara tentang dirinya sendiri
- Memahami bagaimana jalan pikirannya
- Melihat tokoh lain berbicara dengannya
- Melihat tokoh lain bagaimana berbincang dengannya
- Melihat tokoh lain memberi reaksi terhadapnya
- Melihat bagaimana tokoh dalam reaksi terhadapnya.
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan perilaku dalam suatu rekaan. Ada yang menduduki tokoh utama atau tokoh inti dan ada yang menduduki tokoh pembantu yang pemunculannya hanya menghadapi, melayani, mendukung pelaku utama (Aminudin, 1987:82).
Menurut pendapat Suroto mengatakan penampilan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut, ada dua hal penting dalam penokohan, yang pertama berhubungan dengan tekhnik penyampaian sedangkan yang kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh-tokoh yang ditampilkan.
Elemen-elemen yang terkandung dalam setiap karya sastra fiksi pada dasarnya memiliki kesamaan dalam cara memaparkannya, meskipun unsur-unsur tertentu memiliki perbedaan. Meskipun berbeda namun mengacu kepada satu tujuan yang mendukung suatu karya sastra. Unsur dalam dan luar ini merupakan unsur atau bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lainnnya.
c. Latar (latar setting)
Latar adalah tempat dan suasana lingkungan yang mewarnai peristiwa. Di dalamnya tercakup lokasi peristiwa, suasana lokasi, sosial budaya masyarakat setempat, dan bahkan suasana hati tokoh. Latar atau setting dalam sebuah karya sastra merupakan latar belakang fiksi, yaitu menyangkut unsur tempat terjadinya suatu peristiwa atau cerita. Latar sangat erat kaitanya dengan tokoh dan peristiwa. Dalam penyajian sebuah cerita pengarang harus memiliki apa-apa yang bermanfaat dari cerita tersebut.
Penggunaan latar bermaksud dan bertujuan, antara lain:
1. Latar suatu cerita mempunyai suatu relasi yang lebih langsung dari arti keseluruhan
2. Agar dapat dengan mudah mengenali suatu cerita
3. Latar biasanya cenderung untuk memperkuat keyakinan terhadap gerak serta tindakan tokoh.
Latar dalam karya sastra merupakan unsur tempat, waktu maupun keadaan sebuah cerita yang terjadi. Latar merupakan tempat peristiwa yang terjadi. Dalam karya sastra latar dikategorikan dalam 3 golongan, yaitu:
- Latar tempat
- Latar waktu
- Latar sosial
d. Gaya bahasa
Gaya bahasa dalam suatu karya sastra adalah bagaimana cara pengarang menggunakan bahasa dalam karangannya. Gaya bahasa disebut juga dengan istilah stalistika atau penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra. Sastra sebagai suatu bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai media komunikasinya. Gaya bahasa dalam karya sastra memiliki ke khassan tersendiri, karena tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan ekspresi individual pengarangnya. Gaya bahasa disampaikan pengarang secara artistik, apa yang akan disampaikan tidak akan tersampaikan apabila ia menggunakan bahasa sebagaimana bahasa yang digunakan sehari-hari.
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan kalimat-kalimat lain yang lebih umum, atau gaya bahasa. Cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang diperlihatkan jiwa atau kepribadian penulis atau pemakai bahasa (Tarigan, 1990:5).
Gaya bahasa dalam karya fiksi terbagi dalam beberapa macam, yaitu:
- Gaya dalam menyusun kalimat
- Gaya kekonkritan terhadap segala sesuatu yang disamakan
- Abstrak
- Kompleksitas (keanekaragaman majas yang digunakan)

e. Tema
Tema adalah permasalahan utama yang diungkapkan atau dikemukakan dalam sebuah karya sastra. Tema merupakan suatu persoalan sentral atau suatu yang hendak disampaikan dalam tulisan atau karya fiksi. Jadi dengan demikian, tema adalah apa yang menjadi persoalan dalam karya sastra sebagai sebuah tema merupakan suatu yang masih sangat sentral, belum ada sikap kecendrungan untuk memihak.
Menurut Suroto (dalam Yasti Elisdar, 2001:7) mengatakan bahwa pokok pikiran yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui jalinan cerita yang dibuatnya. Tema suatu cerita hanya dapat diketahui setelah kita membaca cerita serta dianalisis.
Tema adalah suatu cerita menduduki titik sentral cerita yang dikembangkan berdasarkan apa yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Tema akan selalu menjiwai keseluruhan karangan atau cerita, karena berhasil tidaknya suatu cerita ditentukan oleh suatu ketepatan dalam pemilihan tema.
f. Amanat
Amanat dalam sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan permasalahan dan manfaat yang kita peroleh dari pemecahan masalah. Karya sastra hampir selalu bersifat rohaniah, dari kenyataan ini, dimana fungsi sebuah karya sastra biasanya lebih menitik beratkan pada pemenuhan persoalan batin pembaca. Amanat merupakan bagian dari tema, di dalam amanat terlihat pandangan hidup dan cita-cita pengarang.
Amanat dapat diungkapkan secara tersirat oleh pengarang melalui ciptaannya sebagai karya kreatif. Amanat juga dapat diungkapkan secara terang-terangan (eksplisit). Biasanya amanat sebuah cerita merupakan pandangan pengarang tentang bagaimana sikap kita dalam menghadapi suatu permasalahan.
Amanat dalam sebuah karya sastra adalah pemecahan atau jalan keluar yang disarankan oleh pengarang terhadap masalah utama dalam cerita. Amanat merupakan pemecahan persoalan yang terkandung dalam tema, apabila tema telah ditentukan kita tinggal mencari jalan keluar dari persoalan yang terkandung dalam tema tersebut.












BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisis Alur
Alur sangat penting dalam karya sastra. Di sini dituntut bagaimana kemampuan pengarang memberikan alur yang membuat pembaca larut dalam suasana cerita. Alur atau plot merupakan jalan cerita atau rangkaian peristiwa yang membentuk jalan cerita. Alur yang digunakan pengearang dalam novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi adalah alur maju. Di mana novel “Kalam Cinta dari Tuhan” terdapat alur maju yang peristiwanya berurutan.
Pembuktian alur maju dalam novel novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi sebagai berikut:
“Percakapan Jony dengan Rita di telepon yang membahas ketikan thesis Rita pada pukul 02.15 dini hari” (halaman 2).
“Jony terkapar di tengah-tengah ruangan kemudian terbangun oleh kedatangan Rita dan suaminya” (halaman 3).
“Rita bersama suaminya mengambil thesis di rental dan photocopy Enamy” (halaman 4).
Alur cerita dalam novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi terdiri dari lima tahap yaitu; tahap eksposisi atau perkenalan, tahap peristiwa mulai bergerak, konfilk atau puncak cerita, tahap penyelesaian konflik, dan tahap keputusan konflik. Rinciannya sebagai berikut:
1. Tahap Perkenalan Cerita (Eksposisi)
Tahap perkenalan novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi dimulai dari perkenalan tokoh utama.
a. Perkenalan tokoh
Tokoh utama adalah Joni, seorang pemuda yang sedang menyelesaikan program studinya pada semester akhir. Joni, mahasiswa yang pintar, tetapi terkadang suka main-main atau tidak serius (halaman 22) kutipannya “memangnya dia kuliah? iya semester akhir, Joni memang slenge’an, tapi pintar bu”. Joni berjuluk Joni kesiangan (halaman 23) kutipannya “namanya juga Joni kesiangan bu, jawab teman Joni, lucu kalau jam segini sudah bangun”.
b. Perkenalan terhadap pergaulan tokoh utama, sesuai dengan kutipan di bawah ini:
“Revy gadis turunan Malang, berbadan seimbang antara berat dan tingginya, kulitnya mulus seputih susu, berkaca mata dengan gagang hitam mewah Rooden Stoock, semewah HP nya yang selalu baru. Teman Joni yang paling dekat, kalau mereka sedang berdua, mereka tampak akrab, walaupun tidak terlalu banyak yang diperbincangkan, tapi dikala sedang berkumpul dengan teman-temannya, keduanya selalu saja reflex menjadi kucing dan tikus, selalu berantam bersahut-sahutan (hal 53).
2. Tahap Persitiwa Mulai Bergerak (Komplikasi)
Tahap ini di awali dari tokoh Revy yang mencintai Joni, kutipannya (hal 71) “Jon, aku sayang kamu”, ucap Revy. Joni diam, matanya masih mengarah ke para waiters yang cekatan menata-nata makanan. Revy meraih tangan Joni yang masih bertengger di meja, “Jon, aku serius” matanya menatap Joni sendu. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Revy mencintai Joni.
3. Tahap Puncak Permasalahan (Klimaks)
Tahap puncak permasalahan (klimaks) yaitu ketika Revy akan dijodohkan oleh kedua orang tuanya, namun Revy tidak menerima perjodohan itu dikarenakan dia mencintai Joni.
4. Tahap Anti Klimaks (Penyelesaian Konflik)
Tahap anti klimaks ini di awali dengan kedua orang tua Revy yang ternyata akan menjodohkan Revy dengan anak sahabat ayahnya, dan orang yang akan dijodohkan dengan Revy itu adalah Joni. Joni dan Revy tidak mengetahui bahwa merekalah yang akan dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Tetapi, setelah mengetahui bahwa mereka yang akan dijodohkan dan orang tua merekapun tahu bahwa mereka saling mencintai akhirnya perjodohan itu dilanjutkan.

5. Tahap Keputusan Konflik
Setelah perjodohan itu terlaksana, akhirnya mereka menikah.
3.2. Analisis Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang untuk memperkenalkan tokoh dalam cerita. Cara menentukan penokohan dalam suatu karya sastra bisa dengan cara analitik dan dramatik. Cara analitik yaitu pengarang langsung menceritakan atau memperkenalkan tokohnya, sedangkan cara dramatik yaitu cara pengarang memperkenalkan tokohnya dengan cara tidak langsung.
Dalam novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi, pengarang memperkenalkan tokohnya dengan dua cara yaitu analatik dan dramatic. Pembuktiannya antara lain sebagai berikut:
a. Cara Analatik
1. Mahasiswa alim murtadhany UIN Syarif Hidayatullah, pembuktiannya halaman 10. Joni. Yang duduk di baris nomor dua di pinggir salah satu sisi kolom kursi, mengacungkan jari.
2. Alim murtadhany memiliki julukan Jony kesiangan, pembuktiannya halaman 23. “Namanya juga Jony kesiangan bu”. Jawab teman Jony, “lucu kalau jam segini sudah bangun”.
3. Jony bekerja di rental dan photocopy “Enamy”, pembuktiannya halaman 4 dan 41. Jony yang sedang memberesi barang-barang yang berantakan sisa semalam terkejut, “Tante! Thesis tante sudah diambil” (halaman 4). “Iya,mi. tidak apa-apa, nanti malam juga ada ketikan lagi” (halaman 41).
4. Revy mencintai Jony, pembuktiannya halaman 72. “Jon, aku cinta kamu” ucap Revy.
b. Cara Dramatik
1. Karakter perhatian, pembuktiannya halaman 43.
“Hati-hati saja, Um. Jangan terlalu dekat, kamu harus pandai-pandai menjaga diri”.
2. Karakter baik, pembuktiannya halaman 4.
Lima lembar uang seratus ribu disodorkan. “Tidak usah kembali, Jon”. Ucap Rudy, “dan, terima kasih banyak”.
Di dalam novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi hanya di temukan tokoh yang berkarakter Protagonis, sedangkan tohoh Antagonis tidak ditemukan. Tokoh Protagonis adalah tokoh utama yang memerankan kebaikan yang mendukung gagasan baik yang disampaikan pengarang. Di sini bukan hanya tokoh utama yang berkarakter Protogonis, tetapi tokoh lainnya juga memiliki karakter yang Protogonis.
3.3. Analisis Latar
Latar dalam karya sastra merupakan unsur tempat, waktu, maupun keadaan sebuah cerita yang terjadi. Latar merupakan peristiwa yang terjadi. Dalam karya sastra, unsur latar dikategorikan dalam 3 golongan, yaitu:

a. Latar tempat
b. Latar waktu
c. Latar sosial
Berdasarkan data hasil identifikasi pada novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi, latar tersebut adalah:
1. Latar tempat yaitu di mana peristiwa yang diceritakan itu terjadi dalam novel, pembuktiannya halaman 18.
“Di sebelah utara masjid Fathullah terdapat klinik UIN, setiap habis semesteran mahasiswa banyak yang berkunjung kesana”.
2. Latar waktu adalah kapan peristiwa yang diceritakan terjadi dalam karya sastra tersebut, pembuktiannya halaman 218.
“Jam tiga sore, acara sunatan missal selesai”.
3. Latar sosial adalah keadaan sosial dalam karya sastra yang digambarkan dengan keadaan sosial masyarakat maupun kebudayaan serta kebiasaan-kebiasaannya. Pembuktiannya halaman 25.
“Kamu di fakultas apa Jon? Tarbiyah”.
3.4. Analisis Gaya Bahasa
Gaya bahasa suatu karya sastra adalah bagaimana cara pengarang menguraikan bahasa dalam karangannya. Sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni yang menggunakan bahasa sebagai media pemaparannya.
Berdasarkan data identifikasi pada novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi, novel tersebut mempunyai gaya bahasa yang konfleksitas yaitu keanekaragaman bahasa yang digunakan. Gaya-gaya bahasa tersebut diantaranya terdiri dari majas personifikasi, metafora, hiperbolisme, pars pro to to, cynisme, dan asosiasi. Serta terdapat juga istilah atau diksi (pilihan kata). Kutipan gaya bahasa dalam novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi adalah:
1. Personifikasi yaitu semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang mati yang tidak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat-sifat kemanusiaan. Pembuktiannya halaman 15.
“Pagi hari ini, kota Depok seakan bersedih, linang-linangan air merambat di setiap ujung daun pepohonan sisi hujan subuh tadi”.
2. Metafora yaitu suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai perhatian yang sangat dekat. Pembuktiannya halaman 25.
“Wajah Rita merona senja”.
3. Hiperbolisme yaitu suatu gaya bahasa sepatah kata ganti dengan kata lain yang mengandung arti yang lebih hebat. Pembuktiannya halaman 111.
“Ratusan kilometer dari kota Jakarta, di halur pantura, sebuah mobil sedan mewah membelah kabut pagi”.
4. Pars pro to to (sebagian untuk seluruhnya) maksudnya, kalau disebutkan sebagian dari suatu benda, maka yang dimaksud benda itu seluruhnya. Pembuktiannya halaman 192.
“Matanya berlari-lari ke tengah-tengah danau menatap sampan yang sedang bergerak pelan”.
5. Cynisme yaitu gaya bahasa menyindir yang lebih kasar dai ironi, biasanya tidak dinyatakan yang sebaliknya lagi. Pembuktiannya halaman 57.
“Perempuan jam segini masih keluyuran, habis jualan di mana sih?”.
6. Asosiasi yaitu gaya bahasa perbandingan terhadap benda yang sudah disebutkan dengan member persamaan, sehingga jelas keadaan benda itu. Pembuktiannya halaman 74.
“Aku bagaikan kapas tertiup angin, terombangiambing dalam kegalauan”.
Dalam novel ini juga menggunakan istilah, diantaranya adalah:
1. Dalam bahasa Arab. Pembuktiannya halaman 51.
"Umi bangga tapi khawatir, takut dia tidak bisa menjaha diri”.
Umi yang berarti ibu
2. Dalam bahasa Inggris. Pembuktiannya halaman 3.
“Tolomh Jon, usahakan! Bantu tante ya, please!”.
3. Dalam bahasa Jawa Tengah. Pembutiannya halaman 43.
“Nggih, Mi”.
3.5. Analisis Tema
Tema dalam karya sastra diartikan sebagai pokok permasalahan atau inti permasalahan yang dibicarakan dalam sebuah karuya sastra. Tema adalah ide pokok atau permasalahan utama dalam karya sastra. Tema masih berupa suatu yang netral, belum ada sikap atau kecenderungan untuk memihak. Untuk menentukan tema dapat dilihat dari masalah apa yang sering muncul dan masalah yang menyebabkan terjadinya konflik atau pertentangan antar tokoh.
Tema dalam novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi adalah “mencari Kesejatian Cinta”. Tema tersebut penulis simpulkan berdasarkan rangkaian kisah tokoh utama Jony yang mengorientasikan kebahagiaan orang tuanya dengan selalu berbakti kepada orang tua.
Tema di atas berdasarkan pembuktian pada halaman 103 dan 104. Kutipannya “Kesejatian Cinta itu hanya milik Ilahi dan mewujudkan dalam Kesejatian Cinta kepada orang tua kita, pembaktian cinta kita untuk orang tua” (halaman 103). “Cinta Suci kita hanya untuk orang tua, selainnya tidak ada lagi, selain itu semu, begitupun cintamu sejatinya hanya pada orang tuamu, bukan kepada siapa-siapa dan kamu harus bisa menemukan itu” (halaman 103-104). Diambil tema ini dari pokok permasalahan yang banyak dibicarakan dalam novel.
3.6. Analisis Amanat
Amanat dalam sebuah karya sastra adalah pemecahan masalah atau jalan keluar yang disarankan pengarang terhadap masalah utama dalam cerita. Amanat merupakan pemecahan persoalan yang terkandung dalam tema, apabila tema telah ditentukan kita tinggal mencari jalan keluar dari persoalan yang terkandung dalam tema tersebut.

Amanat dalam sebuah cerita biasanya tersirat. Di sini pembaca dituntut agar dapat menemukan amanat yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dalam sebuah cerita juga dapat berisi pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Untuk mempermudah kita menentukan amanat, dapat dilihat bagaimana hidup atau hasil utama dalam akhir cerita. Apakah berakhir bahagia ataukah sebaliknya.
Dalam novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi amanat yang diberikan yaitu “cinta sejati dan abadi hanyalah milik Allah, cintailah Dia melebihi apapun di dunia ini, dengan begitu cinta di dunia akan selalu ada untuk kita”.












BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Karya sastra merupakan hasil ungkapan perasaan manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, ide, semangat, dan keyakinan dengan menggunakan media bahasa. Karena sastra adalah hasil pengalaman dan pemikiran manusia di dalam karya sastra itu termuat pesan dan pelajaran yang hendak disampaikan kepada pembaca. Tidak jarang pengalaman dan pesan yang ingin disampaikan melalui karya sastra mengandung nilai-nilai kehidupan.
Jenis karya sastra novel merupakan karya yang menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa dalam seluruh hidup tokoh dan menimbulkan konflik hidup serorang tokoh yang menjurus pada perubahan nasib seorang tokoh. Novel mendorong kemampuan pikiran manusia untuk merenungi, bermimpi, dan membawa diri pada semua situasi yang dibentuk oleh pengalaman imajinatif pengarang.
Dari kritik objektif yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari novel “Kalam Cinta dari Tuhan” karya Ali Sobirin El Muannatsyi adalah:
1. Alur atau plot yang ada dalam novel “Kalam Cinta dari Tuhan” ini mnunjukkan alur maju.
2. Penokohan dalam novel ini disajikan dan ditentukan pengarang dengan cara analitik dan dramatik.
3. Tokoh yang ada dalam novel ini yaitu tokoh protagonist.
4. Gaya bahasa yang ditampilkan dalam novel ini cukup beragam.
5. Latar atau setting secara material banyak dilukiskan sehingga pembaca mudah untuk mengetahui di mana cerita itu berlangsung. Tempat terjadinya peristiwa yang lebih dominan dalam novel ini adalah kampus UIN Syarif Hidayatullah dan kostan Jony.
6. Persoalan yang diangkat menjadi tema cerita adalah “Kesejatian Cinta”.
7. Amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam novel ini adalah “cinta sejati dan abadi hanyalah milik Allah, cintailah Dia melebihi apapun di dunia ini, dengan begitu cinta di dunia akan selalu ada untuk kita”.
4.2. Saran
1. Peneliti mengaharapkan kepada masyarakat untuk lebih mencintai bacaan sastra, agar dapat mengambil hikmah dari nilai-nilai hidup dan kehidupan yang disajikan pengarang atau para tokoh sastra.
2. Kepada pembaca agar dapat menggali nilai-nilai moral yang terungkap dalam urutan peristiwa yang disajikan.
3. Kepada mahasiswa lainnya termasuk peneliti sendiri, diharapkan lebih banyak menggali dan membaca karya-karya sastra Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 1990. Sekitar Masalah Sastra Beberapa Prinsip dan Model Pengembangannya. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh
Atmazaki. 2004. Ilmu Sastra Teori Terapan. Jakarta: Angkasa Raya
El-Muannatsy, Ali Sobirin.2001. Kalam Cinta dari Tuhan. Jakarta: Republika
Eriyani, Elfa. 2005. Kumpulan Bacaan Teori Sastra. Jambi: STKIP YPM Bangko
Royani. 2010. Nilai Moral dalam Novel “Demi Allah Aku Jadi Teroris” Karya Damien Dematra. Skripsi. Jambi: STKIP YPM Bangko
Rozak, Abdul. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka
Semi, M. Atar. 1983. Metodologi Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Raya
Tarigan, Hendri Guntur. 1985. Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Raya

Tambahkan komentar Komentator

Konversi Kode

Terima kasih telah berkomentar