Selasa, 08 Maret 2011

PENDEKATAN PADA PUISI

Puisi
Dibawah ini diberikan contoh bagaimana pendekatan Rawamangun diterapkan M.S Hutagalung, salah seorang dari kelompok rawamangun memaparkan bagaiman mengadakan penelitian puisi itu. Walaupun ia tidak secara tegas mengatakan bahwa penelitian atau analisis puisi itu dengan pendekatan sturukturalisme, namun jelas sejalan dengan pendekatan objektif model Abrams sebagaiman tampak pada berikut ini.
Hutagalung berpendapat bahwa puisi itu dibangun oleh dua unsure pokok, yakni ide, makna, ataupun persoalan yang ditemui penyiar di dalam kehidupan yang hendak disampaikan kepada pembaca/ pendengar dengan cara dan unsure-unsur tertentu. Segala ide ini disebut tema.amanat. biasanya ide itu meruncing atau mempunyai makna tertentu yang disebut amanat. Ada ide atau persoalan yang dinamakan tema (Hutagalung dalam Ali, 1967:131).
Jadi, menurut Hutagalung, tidak setiap puisi itu mengandung amanat, sehingga terserah tanggapan pembaca/ pendengar sendiri. Selanjutnya ia mengemukan bahwa telaah puisi harus mengarah kedua bidang unsure itu. Ke arah itulah segala unsure puisi diarahkan.
Pada dasarnya hakikat puisi adalah kosentrasi dan intensifikasi. Puisi dibangun dari unsur-unsur tertentu yang selalu dipergunakan oleh penyair dengan sadar atau tidak. Dapat atau tidak sruktur yang dibangun itu mengantarkan tema/ amanat mempunyai syarat-syarat tertentu pula untuk dapat memberi kesan kepada pembaca/ pendengar. Dan, kesan keindahan ini ditentukan oleh dapat atau tidak strukur dan tema/ amanat itu bahu-membahu membangun kesan tersebut. Contoh pembicaraan analisis dari unsur-unsur seperti dibawah ini.
Pertama-tama dapat dimulai dari larik puisi. Larik mempunyai korespondensi dengan larik-larik, berikutnya membentuk satu kesatuan yang disebut bait. Bait korespondensi dengan bait-bait yang dalam membentuk puisi. Puisi yang tidak berbait-bait, korespondensi ini lansung oleh larik-larik. Sebuah larik dibangun oleh frase-frase. Tiap frase ditandai dengan nada naik dan jeda yang menadai bahwa frase belum selesai. Jika frase-frase itu dibangun oleh unsur-unsur atau satu kesatuan unsur yang sana disebut periode.
Sebagai contoh dikutip bait puisi Chairul Anwar :

Tanganmu nanti tegang aku,

Jantungmu nanti berdebar berhenti,

Tubuhmu nanti mengeras batu,

Tapi kami segera menganti,

Terus memahat ini tugu.

(siap- sedia)

Jelas kita rasakan adanya perhentian tertentu setelah pengungkapan frase yang masing-masing terdiri dua kata yang menimbulkan ritma tertentu. Puisi dapat dilihat dari pengunaan unsur bunyi sebagaimana kita ketahui bahwa unsur bunyi didalam puisi itu sangat dominant. Bunyi-bunyi yang membangun kata yang dikombinasikan sedemikian rupa akan terasakan merdu, yakni menegaskan atau melambangkan makna dan suasana di samping membangun musikalitas. Untuk membangun musikalitas ini diusahakan sejauh mungkin bunyi-bunyi itu sesuai atau serasi yang diharapkan menimbulkan ransangan keindahan.


1 komentar:

Tambahkan komentar Komentator

Konversi Kode

Terima kasih telah berkomentar